Simpang Ring Banjar

Tak Sekadar Mengejar Uang, Seniman Patung di Banjar Buruan Blahbatuh Tetap Bertahan Jaga Kualitas

Penulis: I Wayan Eri Gunarta
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wayan Mawan tengah memahat kerajinan bertemakan pewayangan memakai material kayu kamboja, di Banjar/Desa Buruan, Blahbatuh, Minggu (23/6/2019).

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Wayan Mawan merupakan satu di antara segelintir seniman patung yang masih tersisa di Banjar Buruan, Desa Buruan, Blahbatuh, Gianyar.

Menggeluti seni pahat sejak 36 tahun lalu, bukanlah hal yang mudah baginya. Terlebih di tengah kondisi pasar yang semakin ketat.

Namun beruntung, ketekunannya dalam melestarikan kesenian ini berbuah manis karena banyak kolektor maupun pemilik modal yang kerap melirik karyanya.

Ditemui di rompak tempaknya bekerja, Minggu (23/6/2019), pria kelahiran  tahun 1964 ini, tengah sibuk memahat kerajinan bertemakan pewayangan.

Meskipun usianya tak muda lagi, hantaman pahatnya pada kayu masih kuat dalam membentuk estetika pada material kayu kamboja.

“Antara pikiran dan fisik harus seimbang untuk menghasilkan sebuah karya,” ujarnya.

Kepada Tribun Bali, Mawan mengatakan, dirinya sudah menggeluti seni ukir sejak masih anak-anak.

Berawal dari belajar di setiap usaha kerajinan milik warga di Banjar Buruan, akhirnya iapun berhasil mendirikan sebuah usaha kerajinan, tepatnya pada tahun 1980 an.

Saat ini, ia memperkejakan sebanyak lima perajin.

“Di sini dulu kampungnya perajin, jadi secara otomatis saya dibentuk oleh lingkungan,” ujarnya.

Kakek empat cucu ini mengatakan kondisi pemasaran kerajinan patung kayu memang sudah redup sejak awal tahun 2000an.

Namun beruntung, dirinya telah memiliki popularitas dalam bisnis ini, sehingga ia memiliki pelanggan tetap yang semuanya berasal dari kalangan pemodal.

Karyanya tak hanya menjadi pajangan di rumah-rumah orang berkelas, tetapi juga di tempat umum yang bernilai seperti di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta hingga Kantor Kedutaan Beijing.

“Awalnya buka usaha, karena melihat dulu perkembangan kerajinan sangat pesat, makanya saya membuka wadah untuk para perajin. Meskipun saat ini pemasaran meredup, astungkara usaha saya masih eksis karena saya memiliki banyak langganan kolektor,” tandasnya.

Mawan menjelaskan setiap karyanya selalu bertemakan pewayangan, Ramayana dan Mahabharata, dengan bahan baku kayu kamboja.

Halaman
12

Berita Terkini