TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Warga dikejutkan kabar buruk melalui pesan berantai di Whatsapp Group (WAG), bahwa ada delapan ekor babi ternak mati mendadak, Rabu (11/12/2019).
Dicantumkan pula dalam informasi tersebut, babi yang mati diduga akibat terjangkit virus ASF (African swine Fever) atau demam babi afrika yang kini sedang diwaspadai di dunia.
Menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pertanian Kota Denpasar langsung menerjunkan timnya untuk memastikan dugaan tersebut.
Adapun, lokasi pertanian yang disasar ini terletak di Jalan Pulau Moyo dan Pulau Roti Denpasar.
• 4 Kucit Bantuan Desa Manistutu Jembrana Mati, Keswan Sebut Mati Karena Diare Bukan Virus ASF
• Jembrana Antisipasi Masuknya Virus ASF yang Menyerang Babi, Peternak Dikumpulkan & Diberi Penyuluhan
• Bali Waspada Flu Babi Afrika, Ini Potensi Penyebarannya Yang Perlu Diantisipasi
Namun usai diperiksa, kenyataan di lapangan jauh berbeda dari informasi yang didapat.
Kepala Dinas Pertanian Denpasar, Gede Ambara Putra memastikan bahwa kabar 8 ekor babi mati mendadak akibat virus ASF itu tidak benar alias hoax.
Bahkan, babi-babi yang mati ini dari hasil penelusuran tidak mengalami mati mendadak dan sudah terjadi sekitar dari sebulan lalu.
''Mati satu per satu, karena sakit. Sudah kita cek di lapangan dan investigasi, kenyataan di lapangan dugaan itu tidak ada," ungkapnya dikonfirmasi Tribun Bali, Rabu (11/12/2019).
Ia menambahkan, seorang peternak di daerah Sesetan, Denpasar sekitar sebulan lalu juga mengalami hal sama.
Namun, setelah diperiksa di Balai Besar Veterenarian (BBVET) Denpasar hasilnya negatif dari paparan virus ini.
''Untuk sementara ini, saat ini di Denpasar negatif. Tidak ada sebab kematian yang indikasi mengarah kesana (virus ASF),'' jaminnya.
• Kontrak Dengan PS Tira Persikabo Hampir Usai, Ciro Alves Ferreira; Bali United Belum Hubungi Saya
• Ke Stadion Dipta Ciro Alves Tegaskan Putus Kontrak di PS Tira Januari 2020, Sinyal ke Bali United?
• Menyaksikan Laga Bali United dengan Skuat Seadanya, Coach Teco dan 5 Pilar Mudik Duluan
Kendati begitu, pihaknya bersama instansi terkait sudah merapatkan barisan untuk pencegahan virus ASF ini masuk ke Bali.
Berbagai upaya dilakukan mulai dari memberikan sosialisasi kepada peternak untuk merebus pakan ternaknya sebelum diberikan ke babi.
Hal ini mengingat, rata-rata pangan babi ternak ini berasak dari limbah sisa-sisa makanan di hotel dan restoran.
''Sudah kita lakukan sosialisasi kepada peternak semua agar mulai waspada terhadap virus ini. Kasian juga kan peternak kalo merugi,'' katanya.