TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Mengenakan pakaian adat Bali, pinisepuh perguruan sandi murti I Gusti Ngurah Harta bersama dengan Ketua Puskor Hindunesia, Ida Bagus Susena mendatangi Polda Bali Selasa (21/1/2020).
Mengatas namakan Komponen Rakyat Bali, mereka melaporkan anggota DPD RI Asal Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna (AWK) atas dua hal.
Pertama terkait dugaan pelecehan terhadap sulinggih, pemangku di Bali dan klaim AWK sebagai Raja Majapahit
"Kami ingin melaporkan kekeliruan yang dilakukan oleh AWK di Bali. Kami ingin meluruskan," kata Ngurah Harta sebelum memasuki Ditreskrimsus Polda Bali
Komponen Rakyat Bali mendatangi reskrimsus Polda Bali dengan membawa sejumlah bukti video dugaan pelecehan dan klaim diri raja tersebut.
Menurut Ngurah Harta, pernyataan-pernyataan yang disampaikan AWK ke publik bisa merusak generasi muda
"Misalnya soal sulinggih, terus pengaburan sejarah, mengaku diri raja, ini kan bisa merusak mental generasi muda kita. 20 tahun kedepan generasi muda kita bisa percaya bahwa di Bali ada Raja Mahapahit, padahal itu keliru," jelas pria yang sempat maju menjadi calon DPD RI itu
Di tengah sistem pendidikan sejarah yang semakin berkurang di tingkat sekolah, menurut Ngurah Harta, generasi muda Bali bisa dengan mudah percaya dan yakin bahwa di Bali ada Raja Mahapahit.
"Karena pelajaran sekarang di sekolah sejarah kan tidak seperti dulu. Sehingga anak anak muda umur 5 tahun tidak paham tentang Majapahit akhirnya membaca apa yang dia klaim di advertorial berita," ungkap Ngurah Harta seraya berharap anak muda Bali cerdas dan tak mudah percaya dengan klaim-klaim yang disampaikan AWK
Selain itu, tindakan AWK perlu dibawa ke ranah hukum karena baginya ini lebih parah dari isu-isu SARA yang berkembang di luar Bali.
"Mengapa sekarang dilaporkan? Ini sebenarnya lebih parah daripada yang di Jawa. Karena ini merusak tatanan tradisional Bali. Soal semua, sulinggih dan sebagainya. Dia ngomong tidak paham agama tapi ngomong agama," tutur Ngurah Harta
Ngurah Harta juga menyampaikan bahwa sebetulnya AWK bukanlah keturunan bangsawan.
Walau di Bali banyak puri, namun menurut Ngurah Harta, tak satupun tokoh puri yang pernah mengklaim diri sebagai Raja di Bali.
Justru AWK yang menurutnya bukan keturunan bangsawan malah berani mengklaim diri raja
"Di Bali banyak puri, tidak ada mau mengaku sebagai raja majapahit. Karena di Bali memang tidak ada keturunan mahapahit. Kalau mahapahit menaruh orangnya pada zaman dulu ketika Bali dikahalahlan, iya benar. Dibantu oleh Arya arya itu. Bukan Arya Weda. Yang ada Arya Kenceng, Arya Kepakisan, dan suadara-saudaranya," jelas Ngurah Harta