"Kamu berumur 6 tahun, jangan bertingkah seperti bayi!" "Kamarmu menjijikkan, bersihkan."
Apakah kamu mengucapkan kata-kata itu? Semua frasa ini memiliki efek mempermalukan, membuat anak-anak merasa buruk tentang diri mereka sendiri.
Ini secara alami memiliki dampak negatif pada harga diri anak, tetapi juga tidak efektif karena memperkuat identitas anak sebagai seseorang yang berperilaku dengan cara tertentu.
Jika anak selalu diberitahu bahwa mereka bertingkah seperti bayi, mereka akan menyerap ini dan justru akan bersikap seperti itu.
Berikan komentar pada perilaku anak, misalnya lupa membereskan mainan, biarkan mereka tahu kapan itu tidak pantas, tanpa menimbulkan perasaan malu.
5. Cobalah konsekuensi alami
Menghukum anak akan menjadikan kamu musuh dan sering kali membingungkan jika hukumannya tidak terkait dengan pelanggaran.
Alih-alih menghukum, cobalah membiarkan konsekuensi alami dari tindakan mereka terungkap.
Misalnya, jika kamu meminta anak mengenakan sepatu bot hujan dan mereka menolak, konsekuensi alami adalah bahwa kaki mereka akan basah di luar.
6. Gunakan konsekuensi logis
Walaupun konsekuensi alami ideal karena tidak membuatmu bertentangan dengan anak, tidak selalu ada konsekuensi alami jangka pendek yang nyaman.
Sebagai contoh, mungkin merapikan kembali mainan lebih penting bagi kita.
Dalam situasi seperti ini, cobalah memikirkan konsekuensi terkait yang masuk akal, dan jalankan tanpa kemarahan.
Konsekuensinya adalah jika kamu menginjak mainan anak, kamu akan memindahkan mainannya ke garasi alih-alih ke kotak mainan anak.
Anak yang sayang mainannya mungkin akan mendengarkan dan mengembalikan mainan kesayangan mereka ke tempatnya.