TRIBUN-BALI, DENPASAR- Komponen Rakyat Bali yang terdiri dari Puskorhindunesia, Sandhi Murti, Cakrawayu, dan masyarakat Klungkung, Bugbug, dan elemen masyarakat Bali lainnya kembali mendatangi Polda Bali Selasa (4/2/2020).
Mereka membawa sejumlah berkas tentang seluk beluk keluarga AWK, semua tentang Raja Majapahit dan melengkapi bukti penodaan agama yang dituduhkan kepada AWK.
"Hari ini kami memenuhi panggilan kepolisian untuk datang lagi oleh Polda Bali untuk dimintai keterangan dan bukti-bukti tambahan. Semua sudah kami lengkapi dan sekarang kami serahkan ke pihak kepolisian," kata Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta di Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Polda Bali usai dimintai keterangan.
Budayawan ini menegaskan bahwa apa yang disampaikan AWK dalam dharma wacana di Denpasar, Bali beberapa waktu lalu sangat menyesatkan.
• Antisipasi Penyebaran Virus Corona, Petugas Bandara I Gusti Ngurah Rai Gunakan APD Selama Bertugas
• 5 Cara untuk Mencegah Risiko Terkena Kanker Paru, Rutin Berolahraga Hingga Pola Makan Sehat
• Kebakaran Hanguskan Rumah di Monang Maning, Diduga Akibat Lalai Matikan Api Kompor
Ngurah Harta serius dengan persoalan ini agar masyarakat Bali tidak menelan mentah-mentah pernyataan AWK soal sulinggih dan pemangku
"Tentang pelecehan sulinggih, pemangku itu, karena oleh AWK (menjadi sulinggih dan pemangku) harus ada sertifikasi, dan harus kaya dulu baru bisa jadi pemangku, sedangkan di Bali kan tradisi tidak seperti itu. Jadi sulingguh dan pemangku bisa karena keturunan. Walaupun dia miskin tapi kalau keturunan mangku, kalau dia tidak mau jadi mangku bisa sakit kan begitu. Kami ingin luruskan bahwa apa yang disampaikan AWK itu salah, dan dia harus memahami tradisi Bali yang sesungguhnya," jelas Ngurah Harta
Ngurah Harta berharap agar AWK belajar terlebih dahulu tentang tradisi Bali sebelum berbicara di publik sehingga masyarakat Bali tidak mendapatkan pemahaman yang sesat.
"Jadi kami ingin menjaga tatanan tradisi yang benar yang sudah diwarisi turun temurun . Dari zaman dulu sampai sekarang, Tatanan ini tidak dipahami oleh dia. Agar dia tidak selalu salah kaprag berbicara dan agar dia belajar dulu tentang tradisi," ujarnya.(*)