Kunjungan Turis China ke Bangli Turun Drastis, Dampak Merebaknya Virus Corona
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Dampak merebaknya virus corona sejak beberapa pekan terakhir telah dirasakan para pelaku wisata.
Seperti di wilayah Kintamani, Bangli, Bali, dalam beberapa hari terakhir jumlah kunjungan wisatawan khsusunya asal China turun drastis.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bangli, I Ketut Marjdana menilai merebaknya virus corona memberikan dampak besar bagi para pelaku wisata.
Khususnya bagi Kabupaten Bangli yang diakui sangat bergantung pada kunjungan wisatawan asal China.
Pihaknya menyontohkan di Toya Devasya.
Dari rata-rata kunjungan wisatawan asal China sekitar 500 orang per hari, sejak tiga hari terakhir hanya tersisa 40 orang per hari.
“Itu merupakan sisa-sisa wisatawan yang masih berada di Bali. Saya khawatir juga, dalam beberapa hari ke depan ini sudah sama sekali tidak ada,” ujarnya saat ditemui Rabu (5/2/2020).
Selain berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan asal China, merebaknya virus corona juga berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan negara lain.
• WNA Punya Riwayat Perjalanan ke China Ditolak Masuk Bali, Cegah Penyebaran Virus Corona ke Indonesia
• Korban Virus Corona Kini 28 Ribu Orang, Dalam 24 Jam Ada 3.694 Kasus Baru, 560 Orang Meninggal
Mardjana menyebut, jika normalnya rata-rata kunjungan wisatawan negara lain sebanyak 200 hingga 250 orang per hari, kini sudah dibawah 100 orang per hari.
Oleh sebab itu, Mardjana tidak menampik fenomena penurunan wisatawan ini sangat mencemaskan.
Sebab ia menilai bukan tidak mungkin travel warning dari negara China, juga diberlakukan oleh negara-negara lain.
“China sudah secara tegas melarang warganya keluar. Negara-negara lain pun demikian. Seperti di Singapura sudah diberlakukan. Australia juga sudah mengeluarkan peringatan pada warganya untuk tidak bepergian, selama virus corona ini masih merebak,” ungkapnya.
Walaupun demikian, Mardjana menilai Pemerintah Provinsi Bali sejatinya sudah berupaya mengantisipasi potensi penurunan jumlah kunjungan ini.
Tuturnya, Gubernur Bali melalui surat edaran menegaskan Bali siap menerima wisatawan dari negara manapun.
Pasalnya Bali telah melengkapi diri dengan alat pendeteksi virus corona yang telah dioperasionalkan.
“Seperti di Bandara Ngurah Rai yang sudah diadakan alat berupa thermo scanner yang telah dianggap bagus. Oleh karena itu Bali justru welcome terhadap tamu-tamu yang datang,” tuturnya.
• Pekerja Rumah Sakit Corona Leishenshan Diupah Rp 2 Juta Per Hari dan Diberi Fasilitas Ini
• Antisipasi Virus Corona, Pelabuhan Gilimanuk Akan Pasang Thermometer Infrared, Begini Cara Kerjanya
Mantan Direktur PT Pos Indonesia itu juga menyarankan pemerintah Indonesia menggalakkan turis-turis domestik.
Tentunya hal tersebut perlu dibarengi dengan insentif dari pemerintah.
Insentif, sambung Mardjana, salah satunya soal biaya penerbangan yang masih dinilai tinggi.
“Secara fakta (tahun 2019 ke 2020) terjadi penurunan jumlah kunjungan ke Toya Devasya sebesar 24 persen dibandingkan tahun 2018 ke 2019. Ini adalah dampak daripada tingginya biaya penerbangan ini,” ujarnya.
Mardjana menilai hal tersebut terkadang dipengaruhi ego sektoral dari masing-masing departemen.
Berkaitan biaya penerbangan, menurutnya pemerintah seolah membiarkan.
Seperti salah satu maskapai yang lebih menekankan keuntungan korporasi atau keuntungan perusahaan, daripada keuntungan ekonomi.
“Keuntungan ekonomi ini termasuk juga pembangunan, atau pertumbuhan ekonomi rakyat. Kalau saja ke suatu daerah karena biaya penerbangan tinggi, nggak bepergian mereka. Mudah-mudahan dampak ini cepat berlalu, sehingga pariwisata tumbuh kembali dan pemerintah juga lebih care. Jeda penurunan (kunjungan) wisatawan ini juga menjadi perhatian pemerintah untuk me-review, bagaimana kita merangsang kunjungan wisatawan kedepannya,” tandas Mardjana.
(*)