Wayan Nirya Jadi Petani Arak Sejak Usia 12 Tahun, Bantu Finansial Keluarga

Penulis: Saiful Rohim
Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Wayan Nirya sedang melakukan proses penyulingan arak di dapurnya di Banjar Duwuran, Desa Tri Eka Buana, Kecamatan Sidemen, Jumat (7/2/2020) kemarin.

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Wayan Nirya (65) petani arak asli Dusn Duwuran, Desa Tri Eka Buana,Kecamatan Sidemen, Karangasem, Bali tampak sudah tua.

Rambutnya memutih, kulit dipipi terlihat keriput, tatapannya tajam, dan tangannya masih kuat untuk manjat pohon kelapa 15 - 20 pohon, dengan tinggi skitar 10 - 20 meter.

Mulutnya tampak kuat saat meniup api untuk proses penyulingan buat arak.

Telapak tangannya tahan panas saat masukan kayu bakar ke tungku.

Starting dan Subtitusi The Flash, Tak Ada Kendala Menjalin Chemistry Bersama Spaso

Ramalan Zodiak 8 Februari 2020, Gemini Hadapi dan Terima Kenyataan, Pisces Perluas Jaringan Sosial

Ramalan Zodiak Cinta 8 Februari, Virgo Biarkan Semuanya Mengalir Dari Hati, Libra Nikmati Suasananya

Tenaganya masih kuat saat mengangkat timbunan air irisan buah kelapa.

Suaranya masih nyaring, dan keras saat menjelaskan proses membuat arak.

Pria dua anak ini menjadi petani arak sejak usia 12 tahun, tepatnya saat duduk dibangku kelas VI.

Pihaknya jadi petani arak karena faktor ekonomi.

Meengingat saat itu orang tuanya harus memenuhi kebutuhan seorang diri.

Seperti kebutuhan didapur, istri, serta anaknya yang masih bersekolah di Sidemen.

"Saudara saya 6 orang. Paling besar saya. Karena kasihan lihat orang tua cari uang untuk kebutuhan tiap hari, akhirnya saya membantu orang tua jadi petani arak. Sampai sekarang jadi petani,"kata Nirya saat ditemui dirumahnya, Jumat (7/2/2020) kemarin.

Proses menjadi petani arak dilakukaan secara bertahap.

Mulanya untuk membantu orang tua yang kesulitan finansial.

Lama kelamaan jadi kebiasaan, hingga kini masih menjadi petani arak.

Bertani arak merupakan warisan leluhur, serta adat istiadat.

Halaman
12

Berita Terkini