Apalagi sampah ini menjadi hal yang biasa ditemui, tapi jika tidak ditangani akan menjadi Boomerang bagi diri sendiri.
"Kami sangat terimakasih kepada Kebun Raya serta stakeholder holder disini yang sudah mengelola sampah dengan baik di tempat wisata ini. Kami menginginkan ada vibrasi ke desa tetangga, sehingga mereka mendapat edukasi tentang pengelolaan sampahnya sesuai Pergub Bali Nomor 47 tahun 2019. Sehingga bisa selesai dari sumbernya,"ucapnya
Menurutnya, dengan kegiatan ini bisa menjadi contoh kepada masyarakat untuk selanjutnya diterapkan di tempatnya masing-masing, minimal desa sekitar atau desa tetangga dari tempat wisatwa ini.
Sehingga ini harus rutin dilaksanakan agar jangan ketika ada peringatan baru melakukannya.
Ini harus menjadi kebiasaan untuk kedepannya.
Ia berkata, selama ini sejumlah desa di Bali juga sudah menyiapkan regulasi untuk pengelolaan sampah.
Contohnya desa-desa di Kecamatan Banjar Buleleng.
Di sana, saat ini masyarakat sudah mulai sadar dan tingkat timbulnya sampah plastik di wilayah tersebut sudah mulai berkurang.
"Mereka juga menyediakan kursus bahasa Inggris berbasis sampah plastik. Jadi siapapun dia, bisa kursus bahasa Inggris dengan syarat membawa sampah plastik sebanyak satu kilogram," jelasnya.
Dia menyambut baik juga terhadap program yang dilakulan dari Kebun Raya Eka Karya Bali dengan memberikan reward kepada para tenaganya ketika mengumpulkan sampah plastik dapat hadiah.
"Kami juga mengharapkan ada tiket gratis yang ditukar dengan sampah plastik. Misalnya kita edukasi masyarakat sekitar sini bahwa setiap membawa beberapa kilo akan bisa masuk gratis kebun raya satu keluarga. Nah itu mungkin salah satu cara untuk membuat masyarakat semangat menjaga lingkungannya," harapnya.(*)