Ia menuturkan, bahwa pasien sebelum dirawat di RSU Negara, sempat dirawat di RS Bunda selama dua hari.
Sejatinya, kasus PDP ini, sesuai prosedur pasien harus dirujuk ke rujukan yang ditunjuk. Yakni empat Rumah sakit, seperti RS Singaraja, RS Tabanan, RS Sanjiwani Gianyar dan RSUP Sanglah.
Namun, dari hasil koordinasi Dinas Provinsi dan Kabupaten lainnya, rumah sakit lain penuh dan ada yang belum siap gedungnya. Dan RSU Negara sudah siap karena memiliki fasilitas ruang isolasi.
"Dan memang hanya Pengambilan swap yang dilakukan itu saja. Karena pengambilan swap itu khusus di rumah sakit rujukan saja (RSU Negara bukan Rujukan Covid 19)," paparnya.
Pasien Dalam Pengawasan (PPD) Covid 19 yang masih dirawat di ruang isolasi RSU Negara, dan diakui menantu pasien, bahwa mertuanya memang menjalankan ibadah umroh.
Mertuanya sudah mengalami tidak enak badan sejak di Makkah Arab Saudi. Dan baru sehari di rumah kemudian mengalami gejala demam, batuk dan sesak nafas.
"Mertua saya umroh 15 hari Madinah dan Lima hari lainnya di Makkah. Sejak di Makkah itu kurang bagus kondisinya. Karena persoalan makanan kurang baik dari agen travelnya," ucap menantunya seorang laki-laki saat ditemui wartawan di ruang Isolasi.
Menurut dia, mertuanya juga memiliki riwayat penyakit diabetes. Selain kondisi yang sudah drop, saat transit di Singapura mertuanya diperiksa dengan ketat. Seluruh makanan dibuang termasuk minuman. Dan selama beberapa jam mengalami dehidrasi karena tidak ada air minum.
"Di Singapura ketat dan bagus. Karena tidak ada makanan dan air dalam pemeriksaan selama beberapa jam itu, mertua pun mengalami asam lambung tinggi. Jadi yang ikut umroh bukan mertua saja. Tapi banyak dari Jembrana," jelasnya.(*)