22 Kasus DBD di Jembrana Sepanjang Maret, Dua Bocah Meninggal, 62 Kasus di Triwulan 2020
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Demam berdarah menjadi momok di Kabupaten Jembrana, Bali, belakangan ini.
Setidaknya sudah dua bocah meninggal dunia akibat gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.
Dari data yang dihimpun, di Jembrana setidaknya ada sekitar 22 kasus sejak awal hingga pertengahan Maret 2020 ini.
Data yang dihimpun, 22 kasus ini terjadi selama hampir 15 hari terakhir.
Kasus ini tersebar di beberapa desa di Jembrana.
Kasus gigitan nyamuk sampai membuat dua bocah meninggal saat dirujuk ke RSUP Sanglah beberapa waktu lalu.
Beberapa desa yang terpapar kasus gigitan nyamuk dan positif DBD (Demam Berdarah Dengue) ada di hampir 12 desa/kelurahan di Jembrana.
Desa pertama yakni Banyubiru 3 kasus, Kelurahan BB Agung 2 kasus, Pengambengan 6 kasus, Tegalcangkring 1 kasus, Candikusuma 2 kasus, Warnasari 2 kasus, Kelurahan Pendem 1 kasus, Desa Tuwed 1 Kasus, Desa Pekutatan 2 kasus, Kaliakah 1 kasus, Baluk 1 kasus dan Kelurahan Banjar Tengah 1 kasus.
Untuk kasus dua orang bocah meninggal dunia positif DBD, ialah Rofi Rahman (9) siswa kelas III SD warga Banjar Pangkung Buluh Desa Kaliakah, Kecamatan Negara.
Kedua ialah Mohammad Nazar Romadan (11) warga Banjar Baluk Satu, Desa Baluk, Kecamatan Negara.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Jembrana I Gusti Agung Putu Arisantha, mengakui ada sekitar 22 kasus di pertengahan Maret 2020, setelah sebelumnya informasinya 19 kasus.
Sehingga beberapa hari terakhir ada peningkatan kasus sebanyak tiga orang positif DBD.
• Kenali Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Cikungunya, Gejala dan Penangannya
• Kasus DBD di Denpasar Sebanyak 163 Kasus, Meningkat Setiap Minggu
"Data terakhir ada sekitar 22 kasus, mas," ucap Arisantha kepada wartawan, Jumat (13/3/2020).
Arisantha mengaku terkejut dengan adanya kasus ini.