Hanya saja pihaknya masih kesulitan menentukan teknis dan mekanisme penyaluran kuota internet itu ke siswa agar tetap sasaran dan dapat dipergunakan semestinya.
Termasuk bagaimana nanti pertanggungjawabannya.
"Kami juga buat kajianĀ agar pemberian kuota internet ini tepat sarasan. Jangan sampai diberikan internet, lalu cepat habis karena digunakan untuk bermain game online atau Youtube-an," jelasnya.
Dengan alasan itu, pihaknya tengah menjajaki apakah bisa bekerjasama dengan provider.
Atau mencari provider yang memiliki paket khusus untuk belajar daring bagi siswa.
"Kami juga harus tetap perhatikan pertanggungjawabannya bagaimana? Karena kondisi siswa itu berbeda-beda. Semisal siswa kami yang dari anak pantiasuhan, mereka biasanya menggunakan perangkat secara bergiliran untuk belajar online. Apakah tetap diberikan per siswa atau bagaimana, seperti ini kan agak sulit SPJ-nya," jelasnya.
Khususnya di SMP Negeri 1 Semarapura, jumlah siswa berjumlah 888 orang yang saat ini semuanya belajar secara daring dari rumah.
(*)