TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Sebuah Kapal Pesiar bernama Quantum of The Seas hari ini tengah labuh (lego jangkar) di zona karantina (atau 2 sampai 5 mil) dari Pelabuhan Benoa, Denpasar,Bali.
Dikonfirmasi terkait adanya kapal pesiar yang datang tersebut, keberadaan dan jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) di dalamnya, kepala KSOP Kelas II Benoa, Agustinus Maun hanya membenarkannya tanpa mau merinci lagi keterangan tentang kedatangan Kapal Quantum of The Seas itu ke Bali.
“Betul. Ini di bawah komando Gugus Tugas COVID-19 Provinsi Bali mungkin bisa konfirmasi langsung ke Gugus Tugas,” jawab Agustinus singkat saat dikonfirmasi tribunbali.com, Senin (4/5/2020).
• Kapal Pesiar Quantum of The Seas Bawa 159 ABK Tiba di Perairan Bali, Semuanya Akan Dites Swab
Terkait kedatangan kapal pesiar di tengah pandemi virus corona, sebelumnya juga telah ada Kapal Pesiar MV Carnival Splendor yang hendak berlabuh di Bali beberapa hari lalu.
Namun kapal tersebut tidak diizinkan labuh di Bali dan diarahkan ke Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta meski sebagian besar PMI ABK yang ada di Kapal tersebut pun berasal banyak asal Bali dan kini tengah menjalani karantina di Jakarta.
Sebelumnya Bali Sudah Terima Kapal Pesiar Empat Kali
Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bali yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) pesiar Carnival Splendor akhirnya tidak bisa pulang melalui Pelabuhan Benoa.
Pasalnya Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 nasional tidak mengizinkan Pelabuhan Benoa Bali sebagai tempat bersandar kepulangan ABK.
"Memang itu sudah keputusan Gugus Tugas pusat, karena Bali sudah menerima empat kali dan jadwal berikutnya dibawa ke Tanjung Priok. Jadwal berikutnya (lagi) akan dibawa ke Batam, kan tidak melulu di Bali saja," kata Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali I Made Rentin saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon, Minggu (26/4/2020) petang.
Empat kapal pesiar yang sudah diterima oleh Bali sebelumnya yakni Voyager of the Seas, Azamara Journey, Spectrum of the Seas dan Ovation of the Seas.
Keempat kapal itu selama empat hari berturut-turut menurunkan ABK-nya secara bergiliran mulai dari 16 hingga 19 April 2020.
ABK yang turun dari keempat kapal tersebut, baik yang dari dalam maupun luar Bali yakni sebanyak 911 orang.
"Jadi pusat melihat Bali sudah empat kali, setelah itu ya pelabuhan lain dikasi, karena memang kebijakannya adalah tiga pelabuhan (yaitu) Benoa, Tanjung Priok dan Batam. Yang lain kan belum pernah menurunkan. Itu pertimbangan Kementerian Perhubungan," jelas Rentin.
Guna merespon ABK asal Bali di kapal pesiar Carnival Splendor yang merasa kecewa tidak bisa pulang melalui Pelabuhan Benoa, Rentin menegaskan bahwa pihaknya tidak bisa memaksakan, karena debarkasi atau penurunan penumpang ABK sepenuhnya menjadi kewenangan pusat.
Baginya, di manapun ABK tersebut turun, perlakuannya tetap sama, yakni masuk ke tempat karantina seperti yang dilakukan di Bali.