Dampak Pandemi Covid-19, BPS Catat Ekonomi Bali Tumbuh Negatif

Penulis: AA Seri Kusniarti
Editor: Wema Satya Dinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Iliustrasi pertumbuhan ekonomi

Sejumlah peraturan pemerintah daerah, yang membatasi warga keluar rumah serta imbauan tidak mengkonsumsi langsung makanan dan minuman di restoran serta rumah makan, juga berpengaruh pada penurunan produksi dari usaha-usaha tersebut.

Penurunan nilai tambah pada Kategori H (transportasi dan pergudangan) secara qtq, juga tidak terlepas dari kesulitan yang dihadapi industri pariwisata seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Jumlah keberangkatan penumpang internasional di Bandara Ngurah Rai, tercatat turun sedalam (-24,43) persen, begitu juga dengan keberangkatan penumpang domestik turun sedalam (-21,38) persen (qtq).

Penyeberangan kendaraan melalui jalur ASDP juga tercatat turun sedalam (-9,28) persen, untuk jalur Gilimanuk-Ketapang. Kemudian jalur Padangbai-Lembar turun sedalam (-13,11) persen.

Di tengah suasana pandemi Covid-19 ini, pertumbuhan positif tercatat pada Kategori Q (jasa kesehatan dan kegiatan sosial), Kategori K (jasa keuangan dan asuransi), dan Kategori J (informasi dan komunikasi).

Aktivitas pada Kategori Q (jasa kesehatan dan kegiatan sosial) tercatat mengalami peningkatan.

 Jumlah pasien pada triwulan I-2020 mengalami peningkatan, yang diduga karena merebaknya penyakit DBD memasuki musim penghujan pada awal tahun 2020.

Data klaim BPJS Kesehatan juga tercatat mengalami peningkatan pada kisaran 2 persen, baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, penyaluran kredit juga mengalami peningkatan sehingga mendorong Kategori K (jasa keuangan dan asuransi) tumbuh positif.

 Kategori lapangan usaha lainnya, yang memperoleh dampak positif dari pandemi Covid-19 ini adalah Kategori J (informasi dan komunikasi).

Aktivitas ekonomi terutama terkait penggunaan pulsa, dan paket data atau internet diduga mengalami peningkatan pada triwulan ini.

“Berbagai aktivitas work from home (WFH) bagi beberapa kalangan pegawai negeri, maupun swasta serta aktivitas belajar di rumah bagi para pelajar yang memerlukan koneksi internet telah berdampak langsung pada peningkatan output lapangan usaha ini,” katanya.

Dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Bali triwulan I-2020 secara qtq, Kategori I (penyediaan akomodasi dan makan minum) tercatat menjadi sumber pertumbuhan negatif terdalam, yakni (-3,04) persen.

Diikuti Kategori H (transportasi dan pergudangan) sebesar (-0,97) persen, Kategori A (pertanian, kehutanan, dan perikanan) sebesar (-0,81) persen, Kategori C (Industri Pengolahan) sebesar (-0,72) persen, dan Kategori G (perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor) sebesar (-0,69) persen.

Untuk merespon merebaknya pandemi  Covid-19, Pemerintah Provinsi Bali menetapkan status siaga darurat yang kemudian pada tanggal 29 Maret 2020 ditingkatan menjadi status tanggap darurat bencana wabah penyakit akibat virus Corona.

“Pemerintah mengambil kebijakan menerapkan pembatasan sosial (social distancing). Segala aktivitas diimbau dilakukan dari rumah seperti aktifitas bekerja (Work From Home/WFH), aktifitas sekolah (School From Home/ SFH), dan juga beribadah. Kondisi ini agaknya telah memberi pengaruh pada pergerakan ekonomi Bali di Triwulan I 2020,” jelasnya. (*)

Berita Terkini