Dampak Pandemi Covid-19, BPS Catat Ekonomi Bali Tumbuh Negatif

Penulis: AA Seri Kusniarti
Editor: Wema Satya Dinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Iliustrasi pertumbuhan ekonomi

Laporan Wartawan Tribun Bali,  A A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat ekonomi Bali triwulan I-2020 tumbuh negatif 1,14 persen.

Pandemi Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19), diduga telah berdampak besar pada penurunan aktivitas pariwisata yang merupakan kontributor utama ekonomi Bali.

Bahkan penurunan sejak triwulan I-2020, terhadap triwulan IV-2019 (qtq) tercatat tumbuh negatif 7,67 persen.

“Turunnya nilai tambah dari aktivitas ekonomi di Bali pada triwulan I-2020 dibandingkan triwulan sebelumnya, sesungguhnya merupakan pola triwulanan. Namun kondisi pada triwulan I-2020 ini sedikit berbeda, karena terjadi penurunan cukup dalam dibandingkan periode-periode sebelumnya. Dan terjadi pada hampir semua lapangan usaha,”  jelas Kepala BPS Bali, Adi Nugroho, dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali, Rabu (6/5/2020).

Pemerintah Kembali Izinkan Semua Moda Transportasi Beroperasi, Ini Kata Kepala Terminal Mengwi

Akibat PHK & Tak Ada Tempat Tinggal, Buruh Kasar Asal Luar Daerah di Bali Diijinkan Pulang Kampung

Bupati Jembrana Terima Donasi Alat Kesehatan & Sembako dari Asosiasi Perbankan

Sebagaimana telah dibahas di atas, penurunan ini diduga merupakan dampak dari Pandemi Covid-19. Pertumbuhan negatif terdalam tercatat pada Kategori I (penyediaan akomodasi dan makan minum) yang tumbuh negatif 15,12 persen.

Diikuti Kategori H (transportasi dan pergudangan) tumbuh negatif 13,23. Kategori C (industri pengolahan) tumbuh negatif 11,29 persen, dan Kategori R,S,T,U (jasa lainnya) tumbuh negatif 8,98 persen.

“Hanya tiga kategori yang tercatat tumbuh positif, yaitu Kategori Q (jasa kesehatan dan kegiatan sosial) sebesar 1,52 persen, Kategori K (jasa keuangan dan asuransi) sebesar 1,21 persen, dan Kategori J (informasi dan komunikasi) sebesar 0,94 persen,” sebutnya.

Mengikuti pola triwulanan, siklus industri pariwisata Bali pada triwulan I memang memasuki periode low season.

“Kunjungan wisman pada triwulan I-2020 tercatat tumbuh negatif 35,14 persen (qtq).

Penurunan kunjungan wisman ini telah dimulai sejak Februari 2020, seiring ditutupnya penerbangan dari Tiongkok yang merupakan pangsa terbesar wisman ke Bali,” jelasnya.

Penurunan wisman semakin terasa pada bulan Maret setelah terkonfirmasinya kasus Covid-19 di Indonesia.

Aktivitas pariwisata utamanya perhotelan mulai lesu.

Hasil Uji Swab Warga Serokadan Bangli, 1 Orang Dinyatakan Positif

Ini Cara Pelatih Bali United Teco Lindungi Keluarga dari Paparan Covid-19

Kepulangan PMI Mulai Menurun, Pemprov Bali Kini Fokus Tangani Kasus Transmisi Lokal Covid-19

“Jika pada triwulan IV-2019 rata-rata TPK (okupansi) hotel berbintang mencapai 60,44 persen, pada triwulan I-2020 rata-rata TPK hotel berbintang tercatat hanya 43,47 persen atau turun sedalam 16,98 poin,” sebutnya.

Selain sub kategori penyediaan akomodasi, sub kategori penyediaan makan dan minum diduga turut terdampak pandemi Covid-19.

Sejumlah peraturan pemerintah daerah, yang membatasi warga keluar rumah serta imbauan tidak mengkonsumsi langsung makanan dan minuman di restoran serta rumah makan, juga berpengaruh pada penurunan produksi dari usaha-usaha tersebut.

Penurunan nilai tambah pada Kategori H (transportasi dan pergudangan) secara qtq, juga tidak terlepas dari kesulitan yang dihadapi industri pariwisata seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Jumlah keberangkatan penumpang internasional di Bandara Ngurah Rai, tercatat turun sedalam (-24,43) persen, begitu juga dengan keberangkatan penumpang domestik turun sedalam (-21,38) persen (qtq).

Penyeberangan kendaraan melalui jalur ASDP juga tercatat turun sedalam (-9,28) persen, untuk jalur Gilimanuk-Ketapang. Kemudian jalur Padangbai-Lembar turun sedalam (-13,11) persen.

Di tengah suasana pandemi Covid-19 ini, pertumbuhan positif tercatat pada Kategori Q (jasa kesehatan dan kegiatan sosial), Kategori K (jasa keuangan dan asuransi), dan Kategori J (informasi dan komunikasi).

Aktivitas pada Kategori Q (jasa kesehatan dan kegiatan sosial) tercatat mengalami peningkatan.

 Jumlah pasien pada triwulan I-2020 mengalami peningkatan, yang diduga karena merebaknya penyakit DBD memasuki musim penghujan pada awal tahun 2020.

Data klaim BPJS Kesehatan juga tercatat mengalami peningkatan pada kisaran 2 persen, baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, penyaluran kredit juga mengalami peningkatan sehingga mendorong Kategori K (jasa keuangan dan asuransi) tumbuh positif.

 Kategori lapangan usaha lainnya, yang memperoleh dampak positif dari pandemi Covid-19 ini adalah Kategori J (informasi dan komunikasi).

Aktivitas ekonomi terutama terkait penggunaan pulsa, dan paket data atau internet diduga mengalami peningkatan pada triwulan ini.

“Berbagai aktivitas work from home (WFH) bagi beberapa kalangan pegawai negeri, maupun swasta serta aktivitas belajar di rumah bagi para pelajar yang memerlukan koneksi internet telah berdampak langsung pada peningkatan output lapangan usaha ini,” katanya.

Dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Bali triwulan I-2020 secara qtq, Kategori I (penyediaan akomodasi dan makan minum) tercatat menjadi sumber pertumbuhan negatif terdalam, yakni (-3,04) persen.

Diikuti Kategori H (transportasi dan pergudangan) sebesar (-0,97) persen, Kategori A (pertanian, kehutanan, dan perikanan) sebesar (-0,81) persen, Kategori C (Industri Pengolahan) sebesar (-0,72) persen, dan Kategori G (perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor) sebesar (-0,69) persen.

Untuk merespon merebaknya pandemi  Covid-19, Pemerintah Provinsi Bali menetapkan status siaga darurat yang kemudian pada tanggal 29 Maret 2020 ditingkatan menjadi status tanggap darurat bencana wabah penyakit akibat virus Corona.

“Pemerintah mengambil kebijakan menerapkan pembatasan sosial (social distancing). Segala aktivitas diimbau dilakukan dari rumah seperti aktifitas bekerja (Work From Home/WFH), aktifitas sekolah (School From Home/ SFH), dan juga beribadah. Kondisi ini agaknya telah memberi pengaruh pada pergerakan ekonomi Bali di Triwulan I 2020,” jelasnya. (*)

Berita Terkini