Sejarah Perayaan Waisak, Lahirnya Pangeran Siddharta Hingga Parinibbana

Editor: Irma Budiarti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelaksanaan persembahyangan perayaan Tri Suci Waisak 2015/2559 BE di Brahmavihara-Arama, Singaraja, Bali, Selasa (2/6/2015).

Buddha Gautama parinibbana atau wafat di Kusinara dalam usia 80 tahun pada 543 Sebelum Masehi.

Waisak di Borobudur

Dilansir dari Balai Konservasi Borobudur, tradisi umat Buddha merayakan Hari Waisak di Candi Borobudur sudah dilakukan sejak 1929.

Perayaan ini dimulai oleh Himpunan Teofosi Hindia Belanda.

Di mana salah anggotanya campuran antara orang Eropa dan Jawa ningrat.

Perayaan Waisak di Borobudur sempat terhenti ketika perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain itu, terhenti pula pada pemugaran tahun 1973.

Selama masa pemugaran tersebut, perayaan dipindah ke Candi Mendut.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, menjadi sebuah kesatuan atas cita-cita yang diimajinasikan bersama.

Candi Borobudur sebagai salah satu imaji utama identitas bangsa, sehingga berhak dimiliki dan dimanfaatkan semua anggota masyarakat.

Candi Borobudur pernah lama tidak difungsikan sebagai pusat kegiatan keagamaan setelah dibangun pada abad ke-8 dan ke-9.

Namun, tradisi perayaan Waisak menjadi bukti toleransi dan upaya saling menghargai serta menghormati perbedaan yang ada.

(Kompas.com/Serafica Gischa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sejarah Hari Raya Waisak: Lahirnya Pangeran Siddharta

Berita Terkini