Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengimpor manggis adalah untuk diolah kulitnya menjadi bahan obat, kosmetik dan sebagainya.
"Yang kita ekspor harus bahan olahan. Jangan sekedar manggis. Harus olahan manggis," kata dia.
Windia juga memandang lebih baik Bali mengembangkan sektor pertanian dan olahannya dibandingkan dengan sektor pariwisata.
Sektor pariwisata di Bali sudah jenuh dan sudah mulai merusak alam dan sosial Bali.
"Sektor pariwisata tak usah diurus lagi. Mereka sudah pintar. Mungkin dinas pariwisata dibubarkan saja dan kemudian Bali perlu digabungkan dengan dinas kebudayaan. Kalau kebudayaan bali lestari praktis sektor pariwisata budaya yg berkualitas akan terjadi," tegasnya.
Sebelumnya, usai menyerahkan stimulus kepada koperasi di Gedung Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali, Selasa (2/6/2020), Gubernur Koster mengungkapkan keinginannya agar masyarakat di Pulau Dewata tak sepenuhnya bergantung dari pariwisata.
"Jadi kita harus sudah mulai melakukan suatu upaya untuk tidak bergantung sepenuhnya kepada pariwisata. Jadi sudah harus memikirkan sektor lain untuk memperkuat perekonomian di Bali," tuturnya.
Menurut Koster, ekspor berbagai produk pertanian dan industri lokal Bali dapat dijadikan sebagai penunjang perekonomian masyarakat di Pulau Dewata.
Terlebih berbagai produk tersebut memang diminati oleh masyarakat di luar negeri.
Koster menuturkan, salah satu produk dari Bali yakni buah manggis sangat digemari oleh masyarakat di luar negeri. Buah ini sudah diekspor ke berbagai negara, seperti Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Dubai, Uni Emirat Arab.
"Paling disenangi (oleh mereka) manggis Bali," kata Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng itu.
Padahal, selain Bali ada berbagai daerah lain yang juga menghasilkan produk buah manggis, seperti Jawa Barat dan beberapa provinsi lainnya.
Namun, Koster menuturkan, produksi manggis Bali baru sekitar 4.000 sampai 5.000 ton per tahun. Jumlah produksi ini masih kurang karena RRT sendiri membutuhkan manggis sebanyak 9.000 ton per tahun.
Koster berkeyakinan, ketika nanti situasi sudah normal dari pandemi Covid-19, pasar ekspor untuk produk manggis diperkirakan akan sangat bagus.
Selain manggis kini produk pertanian lain seperti buah naga, salak dan pisang juga sudah mulai diminati di luar negeri. Pihaknya pun mengaku sedang mengembangkan pisang di Bali.