Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Membangun pariwisata Bali pascapandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dinilai bukanlah hal yang mudah.
Hal itu dikarenakan membutuhkan implementasi protokol kesehatan pada seluruh sektor, terutama industri pariwisata menjadi fokus utama.
Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengatakan, salah satu komponen dalam protokol kesehatan adalah metode transaksi non-tunai.
Menurutnya, hal ini penting untuk dilakukan karena setidaknya memiliki dua alasan.
• Innov Party Bali Akui Penjualannya Meningkat untuk Produk Pajangan & Gift Selama Pandemi Covid-19
• Hasil Autopsi Resmi Diumumkan, George Floyd Positif Covid-19 Tapi Bukan Penyebab Kematian
• 5 Mitos tentang Kebiasaan Minum Susu pada Anak, Benarkah Segelas Susu Sehari Cukup untuk Balita?
Pertama, uang tunai dapat menjadi media penyebaran virus dan kedua, transaksi non-tunai sebenarnya merupakan metode transaksi yang efektif dan aman.
"Ini merupakan momentum yang baik bagi kita untuk mulai menggalakkan gerakan masyarakat non-tunai (cashless society)," kata Wagub Cok Ace saat membuka National Web Seminar bertajuk “What Can Bali’s Tourism Industry Do With Digital Payment In The New Normal Era” yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Bali, Kamis (4/6/2020).
Namun Panglingsir Puri Ubud itu mengatakan, pemberlakuan transaksi non-tunai memiliki tantangan tersendiri.
Masyarakat Bali saat ini masih belum terlalu fasih menggunakan alat pembayaran digital.
Mengubah pola perilaku masyarakat membutuhkan suatu pembiasaan yang dapat didorong dengan kemudahan dan manfaat bertransaksi digital.
Baginya, kehadiran Quick Response Indonesian (QRIS) dari Bank Indonesia diharapkan mampu mengatasi persoalan ini dengan menyamakan sistem e-money di Indonesia.
Ke depan Wagub Cok Ace berharap Bali tidak saja dapat menjadi pelopor dalam penggunaan transaksi non-tunai, tetapi juga unggul dalam pengembangan inovasi dan penerapan teknologi informasi digital.
Cok Ace menuturkan, saat ini masyarakat memang tengah dihadapkan pada kondisi sulit karena pandemi Covid-19 menyebar begitu cepat di berbagai belahan dunia.
Indonesia dan Provinsi Bali khususnya, juga tidak terlepas dari sebaran virus tersebut.
Namun di sisi lain, pihaknya juga mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran kasus positif Covid-19.
• Per Mei 2020, Gianyar Nihil Kasus Rabies
• Sambut New Normal, Lift di Bandara Soetta Gunakan Tombol Kaki, Ada Pembatas Akrilik Transparan
• Hasil Swab Test Petugas Poliklinik Jantung RSUD Klungkung Negatif Covid-19
"Upaya pencegahan yang kita lakukan selama ini menunjukkan hasil yang baik," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali itu.
Menurut data statistik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, per tanggal 2 Juni 2020 tingkat kesembuhan dari pasien positif Covid-19 di Provinsi Bali mencapai 69,29 persen.
"Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi kita semua," kata mantan Bupati Gianyar itu.
Baginya, meski jumlah kasus positif Covid-19 di Bali masih bertambah, namun jumlah ini relatif lebih baik dibandingkan daerah lain di Indonesia.
"Untuk itu, kita perlu mempersiapkan diri untuk membangun kembali perekonomian Bali, terutama pada sektor pariwisata sebagai leading sector di Bali," tandasnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali ,Trisno Nugroho menyampaikan, bahwa tujuan dari Webinar ini adalah sebagai pertukaran ilmu pengetahuan dan sosialisasi bagaimana industri pariwisata Bali ke depannya dalam menghadapi pascapandemi Covid-19 dapat melakukan transaksi pembayaran yang non-tunai atau contact less.
"Ini juga merupakan perkembangan digitalisasi dari industri 4.0," tuturnya.
Menurutnya dengan melakukan transaksi pembayaran non-tunai maka akan mengurangi penularan virus melalui lalulintas uang.
Untuk itu, kedepannya Bank Indonesia akan berkerjasama dengan perbankan yang ada di Bali untuk turut menyelenggarakan dan mengedukasi masyarakat terkait pembayaran nontunai.
Trisno Nugroho menuturkan, sejak triwulan pertama tahun 2020, transaksi non-tunai sudah mulai ada peningkatan.
Hal ini merupakan dampak dari pandemi Covid-19 dimana masyarakat lebih cenderung memilih transaksi non-tunai menggunakan m-banking serta merchant lainnya.
Maka dari itu, ia berharap dengan webinar yang mengundang asosiasi pariwisata, perbankan se-Bali serta beberapa aktor terkait dapat memberikan edukasi baru terhadap payment Bali kedepannya serta nantinya masyarakat Bali semakin fasih menggunakan transaksi non tunai. (*)