TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tribunners, apa Anda pernah mendengar nama tes PCR ?
Mungkin Anda tidak asing dengan nama tes PCR saat pandemi Covid-19 ini.
Tes Polymerase chain reaction (PCR) adalah salah satu metode yang digunakan untuk memeriksa apakah seseorang terkena virus Corona atau Covid-19.
Metode tes PCR menjadi satu di antara upaya untuk melakukan skrining Covid-19, selain rapid diagnostic test (RDT) dan Tes Cepat Molekuler (TCM).
• KMP Dharma Rucita III Karam di Padang Bai, Penumpang Panik Saat Kapal Mulai Miring
• BREAKING NEWS - 186 Pedagang Pasar Kumbasari Denpasar di Rapid Test, 7 Orang Reaktif
• Pedagang Bermobil Bersyukur Diberi Ruang Oleh Pemkot Denpasar, Jika Pindah Muncul Pertanyaan Ini
Namun dibanding rapid test, biaya tes PCR ini terbilang jauh lebih mahal.
Lantas, apa sebenarnya tes PCR dan mengapa harganya mahal?
Wakil Direktur Pendidikan dan Diklit sekaligus Jubir Satgas Covid-19 Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan tes PCR bertujuan untuk memeriksa ada atau tidaknya RNA virus Corona penyebab Covid-19.
Selain PCR, ada juga Tes Cepat Molekuler (TCM) di mana metode pemeriksaannya menyasar ke RNA atau molekuler.
Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat usap melalui hidung.
Selain dari hidung, sampel cairan tubuh untuk tes ini juga dapat diambil dari dahak.
Tonang menjelaskan, metode TCM dan PCR jika dibandingkan dengan rapid test adalah hasilnya yang lebih cepat diketahui.
"Sama-sama metode PCR. (PCR dan TCM) sama-sama memeriksa ada tidaknya RNA virus Covid.
Bedanya, waktu cepat dan kapasitas terbatas," ujar Tonang saat dihubungi Kompas.com, Jumat (12/6/2020).
Namun, karena pertimbangan waktu yang cepat, TCM juga dapat disebut Rapid Test Molekuler.
"Jadi, PCR itu memeriksa RNA Virus. Tes Antigen memeriksa protein virus. Tes antibodi, memeriksa protein yang dihasilkan tubuh karena bereaksi dengan antigen virus. Mana lebih akurat, masing-masing ada tempatnya," ujar Tonang.
Menurutnya, tes PCR dan tes Antigen dilakukan untuk fase akut, di mana tubuh masih ada virus.
Sementara, tes antibodi untuk fase lanjut atau 1-2 pekan setelah terjadi infeksi.
Mahalnya PCR
Terkait komentar warganet yang menyebut tes PCR cenderung mahal, Tonang menjelaskan, ada beberapa faktor yang memicu biaya tes ini menjadi lebih tinggi daripada rapid test.
"Faktor yang membuat tes PCR begitu mahal yakni ada dua tahapan pemeriksaan PCR yakni ekstraksi dan PCR itu sendiri, reagennya mahal, alat-alatnya mahal, harus di lab dengan standar minimal BSL-2, SDMnya harus terlatih, dan risiko kerja yang tinggi," ujar Tonang.
Oleh karena itu, pada beberapa tempat ada yang mematok harga sekali tes PCR sebesar Rp400.000 hingga jutaan rupiah.
Rapid test
Selain itu, Tonang menjelaskan, untuk rapid test terdiri dari rapid test antigen dan rapid test antibodi, serta Rapid Test Molekuler.
"Target Rapid Test Antigen, memeriksa Antigen virus Covid. Target Rapid Test Antibodi memeriksa Antibodi virus Covid. Jadilah ada 3 Rapid test kalau dilihat waktunya," katanya lagi.
Kemudian, berdasarkan pemberitaan Kompas.com (16/4/2020), rapid test dipilih pemerintah guna mencari dengan cepat orang-orang yang berpotensi terinfeksi SARS-CoV-2.
Harapannya, dapat dilakukan tindakan semaksimal mungkin agar jangan sampai orang tersebut melakukan kontak dengan orang lain dan menularkan virus yang dibawanya.
Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah proses rapid test masih membutuhkan pembuktian tes laboratorium atau PCR tes.
Adapun tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk mengukur kondisi antibodi seseorang yang melaksanakan tes tersebut.
Umumnya, antibodi dapat ditemukan ketika orang tersebut mengalami sakit.
Sebab, antibodi itu sendiri merupakan bentuk reaksi ketahanan tubuh yang berupaya melawan kuman atau organisme jahat yang masuk, termasuk virus corona. (*)
Artikel ini telah tayang di https://jogja.tribunnews.com/2020/06/13/mengapa-biaya-tes-pcr-mahal-berikut-penjelasannya?page=all.