Rata-rata buah yang ia jual laku Rp 500 ribu per hari dengan keuntungan bersih Rp 150 ribu.
Meski penghasilannya kini lebih kecil dibanding saat bekerja sebagai manager marketing di spa, namun Rose merasa bersyukur karena masih diberikan jalan untuk menyambung hidup di tengah pandemi Covid-19.
"Prinsip saya jemput bola, sekecil apapun untung yang saya dapat, saya syukuri," ujar wanita asal Sebatu, Tegallalang, Gianyar itu.
Rose menceritakan, waktu bekerja sebagai manager marketing di spa, ia digaji Rp 7 juta per bulan.
Tentu rasa khawatir dan cemas sempat ia rasakan saat perusahaan tempatnya bekerja memutuskan merumahkan seluruh karyawan di sana.
Hanya saja, Rose tidak diam.
Ia berusaha membuang rasa gengsinya dan nekat jualan buah keliling.
"Jadi jangan pernah gengsi, jangan malu, bahkan ada yang malu posting jualan di sosmed, apalagi disuruh keliling nganterin pesenan. Itu sih kuncinya menurut saya, gak usah malu," kata Rose.
Dengan pengalamannya ini, Rose berpesan kepada teman-temannya dan siapapun yang dirumahkan atau di-PHK karena pandemi Covid-19, agar berusaha mencari penghasilan lain dan membuang rasa gengsi.
"Jadi terlepas apapun pekerjaan yang akan mereka geluti nantinya, mau jadi petani, kurir, ojek, jual makanan, atau apapun itu, ya jangan pernah gengsi," ujar Rose.
(*)