Baca tanpa iklan
Ternyata di antara mereka itu banyak yang positif dan bahkan banyak yang pulang sebelum berlaku masa tanggap darurat.
Mereka ini sudah pulang dari Februari sudah banyak. Setelah kita telusuri itu sekitar 4.800 orang yang pulang sebelum penetapan status tanggap darurat.
Sekarang ini yang total pulang semenjak berlakunya status tanggap darurat hampir 12.000 ditambah dengan yang pulang sebelum itu sekitar 4.800.
Jadi sudah hampir 17.000 yang pulang ke Bali. Inilah yang sebenarnya menjadi sumber kasus positif Covid-19 di Bali dan juga menularkan kepada keluarganya, menularkan kepada warga di sebelahnya.
Mulanya imported case kemudian berkembang menjadi transmisi lokal (penyebab kasus kedua).
Plus juga ada perjalanan dalam negeri, ada yang dari Jakarta, ada yang dari Surabaya, ada yang dari daerah yang muncul di balik itu.
Ada yang domisili Bali, ada yang domisi luar Bali tapi terjadinya dia di Bali. Pas dia lagi ke Bali, ternyata dia sudah positif dari luar (penyebab kasus ketiga).
Nah ini yang menjadi sumber, ada tiga jadinya sumber pasien positif Covid-19 di Bali.
Semenjak munculnya kasus ini, saya sebagai Gubernur langsung membentuk Satgas Penanganan Covid-19.
Pertama kali muncul tanggal 10 Maret 2020. Bahkan waktu itu pemerintah pusat belum membentuk gugus, jadi kami sudah duluan.
Kemudian langsung saya bergerak cepat membentuk Satgas Berbasis Desa Adat untuk pengamanan orang-orang yang masuk ke wilayahnya itu membawa virus.
Jadi mulai dikendalikan orang-orang yang masuk-keluar desa adat.
Nah ini bergerak dengan sangat tertib karena saya lihat PMI-nya itu rata-rata menyebar di semua kabupaten/kota yang ada di Bali. Cukup banyak PMI di Bali. Di Indonesia PMI itu paling banyak dari Bali.
Jadi ada pulang lewat udara atau lewat kapal cruise pasti sebagian besar orang Bali, dia turunnya di Benoa atau turunnya di Ngurah Rai.
Kalau tidak ditangani dengan baik, ini saya kira, satu karena wisatawan paling banyak mancanegaranya terbesar di Bali, yang kedua PMI-nya paling banyak di Indonesia.