"Saya yakin pasti tidak disengaja, mereka saja buatnya dengan penuh kreasi, tidak mungkin sengaja dijatuhkan, sengaja dibentangkan di jalan, atau misal diputuskan layangannya sendiri, talinya mahal, layangan mahal, pasti ada faktor lain, dan kalau tali terbawa panjang, biasanya putusnya di tengah, atau tempat mengikat di bawah itu kan panjang banget. Kalau putus diujung justru aman," jabarnya.
Bagi masyarakat disarankan agar jika menemukan tali benang layangan membentang di jalanan agar pro aktif membantu memotong benang layangan dan menyingkirkannya sehingga tidak membahayakan pengendara lain.
"Ke depan, kalau masyarakat mengetahui ada tali layangan yang membentang di jalan, dimohon kesadarannya untuk menyingkirkan atau memotong tali layangan itu, diamankan, bukan didiamkan, agar tidak menganggu lagi, apalagi setelah kejadian di Sesetan ini, kita harus lebih aware, dan tidak mengkambinghitamkan pemain layangan," harapnya.
Berbicara tradisi layang-layang di Bali, pegiat pariwisata itu menjelaskan, layang-layang bagi masyarakat Bali sudah menjadi barang seni, kearifan lokal dan daya tarik pariwisata.
Bahkan, layang-layang yang ada sejak tahun 1900-an menjadi sebuah benda seni yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Bali di era modern ini.
"Di Bali, layangan sudah menjadi bagian dari masyarakat, jadi benda seni, ada yang berbentuk burung, naga, layang layang di Bali memikiki nilai sejarah, seperti di banjar saya Dangin Peken, ada layangan Panji Sakti dari tahun 1956 masih eksis masih terbang dan banyak lain layangan bersejarah di Bali," ujarnya
"Dulu tidak begitu banyak layangan kecil naik karena orang concern melihat layangan besar, orang berlomba membuat layangan besar untuk dilombakan di berbagai wilayah. Dengan adanya pandemi effect ini otomatis banyak yang bermain layangan untuk menghibur diri, sudah saya sebelumnya terjadi kecelakaan akibat layangan seperti ini," imbuh Kadek
Akhir bulan Mei 2020 lalu, pengurus PHRI Denpasar Bidang Kebudayaan dan Lingkungan itu juga menggandeng Ni Luh Djelantik menggelar layang-layang virtual sebagai bagian dari "obat kerinduan" masyarakat terhadap festival layang-layang di Bali.
Layang-layang virtual bertema Celepuk versus Covid-19 yang ditampilkan melalui media aplikasi Zoom itu pun terbilang sukses menyedot antusiasme publik dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara.
Di akhir wawancara bersama Tribun Bali, Kadek mengucapkan rasa belasungkawa dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas nama pemain layang-layang kepada pihak keluarga yang ditinggalkan. Sore ini ia juga berencana melayat ke kediaman korban
"Inisiatif saya, tidak tahu pemilik layangan, tapi alangkah bagusnya saya turun terjun langsung menyampaikan belasungkawa terhadap keluarga korban yang ditinggalkan, kejadian ini sama sekali tidak diharapkan faktor yang sangat tidak disengaja," pungkas dia.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa kecelakaan akibat tali layang-layang yang membentang kembali memakan korban jiwa, Kamis (18/6/2020) pukul 14.30 wita.
Kecelakaan yang terjadi diketahui terjadi di Jalan Raya Sesetan depan Warung Depot 818 Kilometer 5, Sesetan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali.
Akibatnya korban bernama I Wayan Losmen kelahiran Denpasar, 10 Desember 1959 yang tinggal di Jalan Tukad Penataran, Gang Kokoak III/2, Serangan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali mengalami kecelakaan.
Kanit Laka Satlantas Polresta Denpasar Iptu Ni Luh Tiviasih pun mengatakan kepada Tribun Baliterpisah, Kamis (18/6/2020) malam.