Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Tekanan harga di Provinsi Bali, pada Juni 2020 menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.
Inflasi didorong peningkatan tekanan harga pada kelompok inflasi inti, sementara kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (Administered Price) dan kelompok bahan pangan (Volatile Food) masih mengalami deflasi.
Core Inflation pada Juni tercatat sebesar 0,24 persen (mtm), meningkat dibandingkan Mei yang deflasi sebesar 0,31 persen (mtm).
Peningkatan ini terjadi, utamanya didorong peningkatan harga emas perhiasan.
• IPW Keluarkan 8 Nama Calon Kapolri Pengganti Jenderal Polisi Idham Azis
• BREAKING NEWS: Anak Tak Dapat Sekolah Negeri, Orang Tua Murid Datangi Kantor Disdikpora Bali
• Ini 6 Manfaat Makan Pakai Tangan, Mengontrol Porsi Makan hingga Bantu Tubuh Lebih Cepat Kenyang
Naiknya harga emas perhiasan, sejalan dengan peningkatan harga emas dunia seiring dengan resurgence Covid-19 di beberapa negara.
“Selain emas perhiasan, harga beberapa komoditas dalam kelompok peralatan rumah tangga seperti pasta gigi dan diapers juga menunjukkan peningkatan,” kata Trisno Nugroho, Wakil Ketua TPID Provinsi Bali, dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali, Jumat (3/7/2020).
Pada bulan ini, komoditas Volatile Food masih mengalami deflasi sebesar 0,25 persen (mtm), tertahan jika dibandingkan Mei 2020 minus (1,20 persen) mtm.
“Penurunan terdalam terlihat untuk bawang merah, cabai rawit, bawang putih, minyak goreng, dan sawi hijau,” katanya.
Turunnya harga bawang merah, kata dia, terjadi setelah normalisasi harga pasca Hari Raya Lebaran, dimulainya panen bawang merah di sentra produksi serta distribusi yang lancar.
Namun demikian, khusus untuk komoditas daging ayam ras, masih menunjukkan peningkatan harga meskipun peningkatannya tidak signifikan.
Selanjutnya, tekanan harga untuk komoditas Administered Price tercatat deflasi sebesar 0,10 persen (mtm).
“Penurunan tekanan harga disebabkan, turunnya tarif angkutan udara pasca meningkat signifikan di bulan Mei. Namun demikian, penurunan ini tertahan karena adanya kenaikan tarif angkutan antar kota mulai meningkat seiring dengan dimulainya normalisasi kegiatan ekonomi.
“TPID kabupaten dan provinsi terus berupaya menjaga kestabilan pasokan dan harga di masyarakat,” katanya.
TPID rutin melakukan sidak dan operasi pasar, di beberapa kabupaten/kota, utamanya dalam menghadapi penyebaran Covid-19 di Bali.
• Mahfud MD Sebut Korupsi Bukan Budaya, Melainkan Kejahatan
• 3 Tips Bisnis Kecil Tetap Untung di Tengah Pandemi Covid-19
• Heboh Video TikTok 3 Wanita di Jembatan Suramadu Tuai Kecaman, Ini Respon Dirlantas Polda Jatim
Selain itu, TPID juga akan melakukan gerakan Lumbung Pangan untuk memastikan distribusi kepada seluruh lapisan masyarakat di Bali.
Berdasarkan perhitungan BPS, pada Juni 2020, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,11 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang deflasi sebesar 0,11 persen (mtm).
Sementara itu, pencapaian inflasi nasional tercatat sebesar 0,18 persen (mtm).
Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 2,18 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan nasional sebesar 1,96 persen (yoy).
Namun demikian, inflasi Bali pada Juni 2020 masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,0±1% (yoy).
Inflasi terjadi pada kedua kota sampel IHK yaitu kota Denpasar yang tercatat sebesar 0,08 persen (mtm) dan kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,32 persen (mtm).
”Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada Juli 2020, akan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran 3,0±1 persen,” kata pria yang juga Kepala Perwakilan BI Bali ini.
Meskipun demikian, dimulainya kegiatan ekonomi berpotensi meningkatkan tekanan inflasi pada Juli 2020.
Menghadapi potensi tantangan tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran nasional.(*)