Corona di Indonesia

Ancaman Resesi Ekonomi di Indonesia, Pengertian Dan Dampaknya

Editor: Eviera Paramita Sandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi krisis ekonomi.

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.

5. Terlalu banyak deflasi

Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga. Ketika siklus deflasi tidak terkendali, orang-orang dan bisnis berhenti belanja, yang akibatnya merongrong perekonomian.

6. Perubahan teknologi

Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Inteligence (AI) dan robot dapat menyebabkan resesi.

Hal ini dikhawatirkan terjadi bila mereka mampu mengerjakan semua kategori pekerjaan manusia.

Apakah akan terjadi di Indonesia?

Mengutip Harian Kompas, (12/6/2020) Indonesia harus bersiap mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam jika gelombang kedua Covid-19 terjadi.

Kontraksi ekonomi akan berimplikasi terhadap proses pemulihan yang semakin sulit dan memerlukan waktu lama.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), dalam laporan Proyeksi Ekonomi Edisi Juni 2020, Rabu (10/6/2020) malam, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini minus 2,8 persen dengan asumsi lonjakan kasus pandemi Covid-19 di dalam negeri telah terjadi pada pertengahan April.

Dalam skenario buruk, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh minus 3,9 persen jika terjadi gelombang kedua Covid-19.

Gelombang kedua itu memperlambat pemulihan ekonomi. Pola pemulihan ekonomi RI tak membentuk huruf V, tetapi cenderung bergelombang.

Dalam laporan bertajuk World Economy on a Tightrope itu, OECD memperingatkan pemerintah untuk berhati-hati melonggarkan pembatasan sosial karena jalan menuju pemulihan ekonomi masih sangat tidak pasti dan rentan terhadap gelombang infeksi kedua Covid-19.

Konsekuensi pemulihannya akan lebih berat dan lama. Risiko gelombang kedua Covid-19 juga menghantui hampir semua negara di dunia.

OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global minus 7,6 persen pada 2020 apabila gelombang kedua Covid-19 terjadi dan pembatasan wilayah diterapkan lagi oleh sejumlah negara.

Pertumbuhan ekonomi baru berangsur pulih pada 2021 menjadi 2,8 persen.

Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 2,3 persen hingga minus 0,4 persen.

Namun, kemungkinan besar ekonomi hanya tumbuh pada kisaran 1 persen, dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi triwulan I-2020 dan potensi terjadinya gelombang kedua Covid-19.

Terakhir Bersiap gelombang kedua Covid-19 Kepala Ekonom OECD Laurence Boone menjelaskan, kebijakan yang fleksibel dan gesit diperlukan guna menghindari gelombang kedua Covid-19.

Pemerintah harus pula menyediakan jaring pengaman sosial dan dukungan untuk sektor- sektor yang paling parah.

Pelaku bisnis dan pekerja perlu dibantu untuk beradaptasi pada era kenormalan baru.

”Utang negara yang semakin tinggi tidak dapat dihindari. Pengeluaran yang dibiayai utang harus tepat sasaran guna mendukung mereka yang paling rentan dan menyediakan investasi bagi transisi ke ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan,” kata Laurence Boone.

Indonesia dan China termasuk segelintir negara yang masih tumbuh positif pada triwulan I-2020.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2020 sebesar 2,97 persen.

Namun, proyeksi OECD, kontraksi ekonomi terjadi pada triwulan II-2020.

Pemulihan ekonomi mungkin saja terjadi pada triwulan III-2020 jika pemerintah bisa meningkatkan daya beli masyarakat.

Kontraksi ekonomi akan melumpuhkan sisi produksi sehingga mendorong peningkatan kemiskinan dan pengangguran.

OECD memperkirakan angka pengangguran global akan meningkat tajam dari 5,4 persen pada tahun 2019 menjadi 9,2 persen pada 2020.

Pemerintah Indonesia memproyeksikan, kenaikan jumlah penganggur akibat Covid-19 berkisar 2,92 juta-5,23 juta orang, dan jumlah penduduk miskin bertambah 1,16 juta-3,78 juta orang.

Peringatan dari World Bank

Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 sebesar 0%.

Namun, World Bank juga mengingatkan bahwa Indonesia bisa masuk dalam jurang resesi pada tahun ini. 

Dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020 yang berjudul The Long Road to Recovery, sebagaimana dilansir dari Kontan, World Bank menyebut bahwa skenario resesi ekonomi Indonesia bisa terjadi, jika infeksi Covid-19 meluas atau gelombang infeksi baru muncul. 

Hal ini akan memaksa pemerintah untuk memberlakukan tambahan pembatasan mobilitas skala besar di kuartal ketiga dan keempat, sehingga mengarah pada pertumbuhan yang lebih lambat di sektor berorientasi domestik.

"Ekonomi Indonesia bisa masuk resesi jika pembatasan aktivitas diperpanjang ke kuartal ketiga dan keempat dan atau jika resesi global lebih parah dari diharapkan," terang World Bank dalam laporannya, Kamis (16/7). 

World Bank menyebit, dengan skenario ekonomi global tergelincir labih dalam, yakni sebesar 7,8% pada tahun 2020, maka akan terjadi penurunan lebih lanjut pada investasi dan ekspor.

"Ini akan membebani pertumbuhan ekonomi Indonesia," tambah World Bank.

Dalam situasi tersebut, ekonomi Indonesia bisa tumbuh minus 2% pada tahun ini.

Selain itu, "Pertumbuhan triwulanan sulit pulih ke tingkat sebelum krisis hingga tahun 2021," kata World Bank.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Arti Resesi, Apakah Akan Terjadi di Indonesia?",dan "Indonesia Terancam Resesi, PHK dan Kemiskinan Bakal Meningkat"  serta Kontan dengan judul World Bank ingatkan Indonesia di ambang resesi

Berita Terkini