Dari pantauan tribunbali.com di lapangan, pengunjung yang menonton pertunjukan tari kecak di dominasi oleh wisatawan nusantara luar Bali yang memang mereka memanfaatkan libur cuti bersama untuk berlibur ke Pulau Dewata ini.
Seperti salah satunya Safira asal Jakarta mengaku memang memanfaatkan libur panjang cuti bersama ini untuk liburan ke Bali.
"Iya memang sengaja liburan ke Bali dan ke Uluwatu ini buat nonton tari kecak. Suntuk di Jakarta beberapa bulan tidak bisa pergi liburan karena pandemi," imbuhnya.
Sejarah Tari Kecak
Tari kecak adalah jenis tarian Bali.
Tari Kecak tidak diiringi dengan alat musilegamelan apapun, tetapi dia diiringi dengan paduan suara sekitar 70 orang pria, ia berasal dari jenis tari sakral "Sang Hyang".
Pada tari Sang Hyang seorang yang sedang kemasukan roh berkomunikasi dengan para dewa atau leluhur yang sudah disucikan.
Dengan menggunakan si penari sebagai media penghubung para dewa atau leluhur dapat menyampaikan sabdanya.
Baca juga: TRIBUN WIKI - 5 Tempat Pertunjukan Tari Kecak di Bali, Bisa Nonton Sambil Menikmati Sunset
Pada tahun 1930-an mulailah disisipkan cerita epos Ramayana ke dalam tari tersebut secara singkat ceritanya adalah sebagai berikut;
Karena akal jahat Dewi Kakayi (Ibu Tiri) Sri Rama, putra mahkota yang syah dari kerajaan Ayodya diasingkan dari Istana ayah anandanya Sang Prabu Dasa Rata.
Dengan ditemani adik laki-lakinya serta istrinya yang sah Sri Rama pergi ke hutan Dandaka.
Pada saat mereka ada dihutan, mereka diketahui oleh Prabu Dasamuka (Rahwana) seorang raja yang lalim, dan Rahwanapun terpikat oleh kecantikan Dewi Sita, ia lalu membuat upaya untuk menculik Sita.
la dibantu patihnya Marica dengan kesaktiannya Raksasa Marica menjelma menjadi seekor kijang emas yang cantik dan lincah.
Dengan demikian maka mereka pun berhasil memisahkan Sita dari Rama dan Laksamana.
Baca juga: Peserta Kirab Pemuda 2018 Disambut Tari Kecak dan Parade Budaya saat Singgah di Gianyar
Rahwana lalu menggunakan kesempatan ini untuk menculik Dewi Sita dan membawanya kabur ke Alengka Pura.
Dengan mengadakan tujuan ini maka Rama dan Laksamana berusaha menolong Sita dari cengkraman raja yang kejam itu.
Atas bantuan bala tentara kera di bawah panglima Hanoman maka mereka berhasil mengalahkan bala tentara raksasa Rahwana yang dipinpin oleh Meganada, putranya sendiri.
Akhirnya Rama berhasil merebut kembali istrinya dengan selamat. (*)