Akhirnya, didapatlah kesimpulan dibuatlah rekomendasi yang ditandangai oleh Dinas Pariwisata yang menyatakan bahwa Desa Pakraman Pinge layak untuk ditetapkan menjadi Desa Wisata.
"Rekomendasi itu akhirnya saya mohonkan ke Bupati Tabanan saat itu untuk menjadikan Banjar Pinge menjadi desa wisata. Akhirnya tahun pada 18 Juli 2004 ditetapkan menjadi Desa Wisata," tuturnya.
Namun, kata dia, setelah ditetapkan, SK Bupati Desa Wisata itu hanya menjadi selembar kertas tidak bermakna.
Hal itu disebabkan oleh kurangnya anggaran dan kurangnya SDM untuk pengelolaan Desa Pariwisata, sehingga SK tersebut tak dijabarkan bagaimana semestinya.
Setidaknya 5.5 tahun SK Bupati tersebut tak dijabarkan. Hingga tahun 2011, Desa Wisata Pinge mulai berkembang dengan dibangunnya beberapa fasilitas seperti jogging track, bangunan home stay, dan sarana prasarana lainnya.
"Semua kami tata sejak saat itu, sehingga Desa Wisata Pinge ini mulai berkembang. Dan saat ini sedang terus mengembangan kawasan agrowisata di Pura Beji," katanya.
Denayasa menyebutkan, hingga saat ini desa wisata masih berjalan dan sudah banyak kunjungan setiap tahunnya.
Setidaknya ada 2.000 wisatawan mancanegara yang didominasi Eropa dan domestik yang berkunjung ke sini untuk menikmati desa wisata Pinge.
Karena saat ini terus berbenah dengan menawarkan paket wisata berbasis budaya dan juga melibatkan wisatawan itu sendiri untuk beraktivitas dengan masyarakat.
Termasuk untuk akomodasi pariwisata masih menggunakan home stay, atau memanfaatkan rumah tinggal milik masyarakat.
Sehingga, ekonomi dari masyarakat bisa terbantu dengan adanya Desa Wisata ini.
"Sudah mulai banyak saat ini, namun masih bersifat musiman. Kedepannya kami harap bisa lebih baik dengan mengembangkan fasilitas, kegiatan yang melibatkan masyarakat, tentunya yang tetap menonjokan budaya dan adat Bali," tandasnya. (*)