Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah berhasil memilih pengurus baru melalui musyawarah kerja beberapa waktu lalu, Badan Pengurus Ikatan Mahasiswa dan Masyarakat Papua (IMMAPA) Bali periode 2020-2022 akhirnya resmi dilantik.
Pelantikan Badan Pengurus IMMAPA 2020-2022 ini dilaksanakan di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) yang beralamat di Kompleks Pertokoan Sudirman Agung Blok F19-22, Desa Dauh Puri Klod, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar.
Ketua IMMAPA Bali periode 2020-2022, Vladinier Yohan Kafiar merasa bersyukur sudah bisa melaksanakan musyawarah kerja dan pelantikan pengurus melalui penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Menurut dia, suksesnya pelaksanaan musyawarah kerja dan pelantikan ini juga berkat dukungan dari para senior, baik yang sudah kembali ke Papua maupun yang saat ini masih berada di Bali.
Baca juga: Tingkat Hunian Pasien Covid-19 di RSUP Sanglah Mulai Terkendali, Rata-rata 40 Persen
Baca juga: Bea Cukai Ngurah Rai Musnahkan Barang Hasil Penindakan Kepabeanan dan Cukai Sejumlah 334 Jenis
Baca juga: Arti Mimpi Menangis, Pertanda Akan Ada Kabar Baik dan Datangnya Rezeki Tak Terduga
Sesuai dengan visi dan misinya yang telah dibawakan pada saat musyawarah, dalam memimpin IMMAPA Bali ke depan, Vladinier ingin membawa mahasiswa-mahasiswa Papua yang unggul untuk membangun tanah Papua dalam kerangka NKRI.
"Sebagai mahasiswa kita coba untuk berinovasi, berkreasi, jadi mahasiswa yang efektif, yang pintar, smart untuk membangun Papua ke depan," jelasnya usai pelantikan, Kamis (12/11/2020).
Vladinier menuturkan, dalam memimpin IMMAPA Bali ke depan, pihaknya telah merencanakan berbagai program kerja unggulan.
Salah satunya program kerja tersebut yakni berupaya untuk mengembalikan ekonomi masyarakat Papua di tengah era kenormalan baru atau new normal.
Upaya yang bakal dilakukan IMMAPA Bali dalam hal tersebut yaitu dengan membantu Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua dan Papua Barat kembali mempromosikan keberadaan pariwisatanya dengan mengangkat tema kebudayaan.
Promosi pariwisata ini bakal dilakukan di Pulau Dewata, mengingat Bali telah menjadi salah satu daerah tujuan pariwisata di seluruh Indonesia.
"Jadi dengan mengangkat Papua di Bali, lewat budaya, saya rasa sangat efektif untuk mengembalikan pariwisata Papua. Itu program kita yang pertama di era new normal setelah Covid-19," paparnya.
Selain itu, ke depan akan dilaksanakan juga seminar, diskusi, talkshow guna menyikapi berbagai isu yang berkaitan dengan Papua yang penting untuk dibicarakan dalam forum resmi.
Melalui forum resmi itu nantinya keberadaan Papua diharapkan semakin diakui pembicaraannya dan diakui pula orang yang berbicara.
"Itu menjadi upaya kami dari pengurus baru untuk mempersiapkan hal-hal seperti itu atas saran, masukan dari kakak-kakak senior kita yang sudah melewati itu," tuturnya.
Baca juga: Update Covid-19 Bali 12 November, Kasus Positif Bertambah 89, Sembuh 61, Meninggal 1
Baca juga: Termasuk Leo, Berikut 4 Zodiak yang Gampang Baper Bahkan Sering Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
Baca juga: Member JKT48, Ni Made Ayu Vania Aurellia Lapor Polisi Usai Alami Tindak Pidana Asusila
Tak hanya itu, sebagai Ketua IMMAPA Bali yang baru, dirinya juga akan mengajak para pelajar, mahasiswa dan masyarakat Papua yang ada di wilayah Bali untuk bersama-sama mentaati dan menghormati aturan-aturan hukum dan ketentuan adat yang berlaku serta ikut menjaga ketertiban maupun ketentraman sebagai satu keluarga.
IMMAPA Bali juga bakal terus menggandeng mahasiswa dan masyarakat Papua di Bali melalui berbagai kegiatan keagamaan. Bukan hanya dalam kegiatan Agama Kristen, tetapi juga merangkul mahasiswa dan masyarakat Papua yang Muslim, Hindu dan sebagainya.
"Jadi kita akan coba rangkul dalam kegiatan keagamaan. Jadi kalau Ramadhan kita sama-sama syukuran. Sekecil-kecilnya juga kita adakan itu," terangnya.
Vladinier mengungkapkan, poin dari kegiatan keagamaan itu guna mengumpulkan mahasiswa dan masyarakat Papua sehingga mereka yang selama ini belum terlihat bisa turut bergabung bersama keluarga IMMAPA Bali.
"Mungkin awal starting kerja, kita akan kumpulkan database masyarakat Papua di Bali, dari yang kerja sampai yang mahasiswa dan baru lahir juga kita coba kumpulkan," jelasnya.
Sementara itu, pengurus demisioner IMMAPA Bali, Novita Itlay menilai, pelaksanaan pelantikan ini menjadi langkah awal yang baik di tengah pandemi Covid-19.
"Harapan ke depan, semua program yang direncanakan bisa berjalan baik sesuai dengan apa yang diinginkan," harapnya.
Novita bekeinginan, IMMAPA Bali bisa menjadi wadah bagi masyarakat dan mahasiswa Papua yang berada di Pulau Dewata.
Dengan begitu, keberadaan IMMAPA Bali nantinya bisa dipakai sebagai wahana belajar dan tempat mengekspresikan dirinya diri bagi mahasiswa dan masyarakat Papua yang saat ini berada di tanah rantauan.
Tak hanya itu, mahasiswa dan masyarakat Papua juga diharapkan bisa membuka diri dengan berbagai paguyuban masyarakat lainnya di Bali sehingga mereka bisa melihat berbagai aspek di luar IMMAPA sendiri.
Ia mengingatkan, bahwa IMMAPA sendiri merupakan organisasi kekeluargaan.
Oleh karena itu, ke depan rasa kekeluargaan yang ada di IMMAPA Bali bisa lebih dieratkan.
Terlebih mahasiswa dan masyarakat Papua yang berada di Bali cukup banyak, hanya saja belum dapat dirangkul secara keseluruhan.
"Untuk badan pengurus yang terpilih agar dapat menjalankan program dengan baik dan semua mahasiswa, masyarakat, pelajar-pelajar yang mungkin ada di beberapa kabupaten lain di Bali bisa ikut terlibat, ambil andil dalam setiap kegiatan yang oleh Badan pengurus," kata dia.
Bagi Novita, tantangan terbesar dalam menjadi pengurus IMMAPA yakni merangkul seluruh mahasiswa dan masyarakat Papua karena masing-masing mempunyai pola pikir yang berbeda.
"Itu yang menjadi tantangan tersulit dalam menjalankan organisasi," bebernya.
Namun Novita menilai, bukan berarti hak tersebut tidak bisa dilakukan karena upaya itu bisa dilakukan tergantung dari niat dan kemauan dari pengurus.
Di sisi lain, selama ini IMMAPA Bali dikenal telah menyuguhkan berbagai tarian-tarian dalam berbagai ajang di Bali, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah di Bali maupun dari luar.
"Ini menjadi salah satu simbol keberadaan masyarakat Papua di Bali dan itu yang mungkin saran kepada badan pengurus baru bisa membangkitkan hal itu lagi," harap Novita. (*)