Metode Pembelajaran Merdeka Belajar di Masa Pandemi, Wawa Sebut Bisa Tingkatkan Prestasi Siswa

Penulis: Firizqi Irwan
Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkap layar Putu Eka Juliana Jaya saat melaksanakan kegiatan seminar online via Google Meet pada Jumat (27/11/2020).

"Merdeka belajar ini sebenarnya untuk kemerdekaan berpikir, terutama esensi kemerdekaan berpikir. Ini harus ada di guru dahulu. Tanpa terjadi di guru, tidak mungkin bisa terjadi ke para siswa atau peserta didik di sekolah," kata Wawa

"Kemerdekaan belajar juga harus melekat pada subjek yang melakukan proses belajar baik anak ataupun orang tua termasuk melibatkan dan dukungan banyak pihak," lanjutnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Putu Eka Juliana Jaya, ia berhasil mengumpulkan data dengan tiga teknik.

Pertama, angket melalui Google form yaitu untuk memperoleh data secara cepat dari responden dalam waktu singkat.

Kedua, observasi yang bertujuan untuk cross check data yang dikumpulkan dari angket, tentang sikap dan perilaku guru selama kegiatan PJJ sehingga diharapkan mendapatkan data yang akurat.

Ketiga wawancara, hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui angket dan observasi itu dilakukan untuk memperoleh data yang valid.

Analisis yang dilakukan dengan penelitian tindakan di kelas di mana pelaksanaannya dibagi dalam beberapa siklus, di mana setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu masing-masing perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Pada setiap tahap ini diterapkan dengan tindakan penelitian dengan menggunakan desain pembelajaran merdeka belajar.

Tahap berikutnya, penelitian dilakukan dengan berdasarkan refleksi di mana pelaksanaannya bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, dilanjutkan dengan tindakan dengan cara pendekatan yang bervariasi.

"Setiap ada perubahan yang ditawarkan kita mau melakukannya. Jadi merdeka belajar adalah melihat murid dari keunggulannya, keunikannya itu dihargai, menghargai perbedaan-perbedaan yang ada, begitu," terang Putu Eka Juliana Jaya.

Selain itu, ia menambahkan dalam proses ini tentu harus terus dilakukan penelitian atau survei lagi, yang kemudian memberikan perubahan pola mengajar dengan pendekatan yang berpusat pada murid.

"Nah setelah dilakukan penindakan ini, bagaimana peningkatannya. Mungkin siklus pertama dia naik dikit, kemudian digenjot lagi ke pola-pola lainnya. Kemudian target kita ya harus ada peningkatan dari model belajar tersebut. Itu class action kalau penelitian kami",

"Jadi saya pikir bahwa setiap guru itu pasti menemukan permasalahan, tapi bisa meningkatkan prestasi pembelajaran pada murid dengan cara memperbaiki permasalahan yang ada," tambahnya. 

Berbeda dengan belajar tatap muka pada tahun sebelumnya, proses daring diatur waktunya (fleksibel) dan tempat di mana para murid bisa belajar dengan rasa senang.

"Jadi pembelajaran yang diberlakukan oleh pak menteri ini kan, kita tidak perlu menuntaskan kurikulum. Terus pelajarannya kan fleksibel belajar dan penyederhanaan kurikulum belajarnya. Jadi saya, ingin menciptakan lebih dari kreativitas saya supaya anak-anak ini bisa tercapai tujuan belajarnya," terangnya.

Halaman
123

Berita Terkini