Antara lain warna hidung yang tidak hitam melainkan agak kecoklatan, ekor terlalu melengkung, dan sebagainya.
Darsana mengatakan pihaknya saat ini memelihara 12 ekor indukan betina dan empat ekor pejantan.
Untuk proses kawin sendiri dilakukan setahun dua kali, dengan masa kehamilan selama 65 hingga 70 hari.
Pihaknya mengaku belum bisa menambah indukan, sebab terkendala management pengelolaan.
“Di dunia anjing itu tidak bisa hanya sekedar memberi makan ataupun membersihkan kandang. Harus memiliki chemistry dan hobby terhadap anjing. Karenanya untuk banyaknya permintaan yang masuk, tiyang hanya biarkan saja. Sebab hingga kini konsep tiyang belum ke bisnis, melainkan masih ke pelestarian,” tandas pria yang juga anggota DPRD Bangli itu. (*)