Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Bali sangat masih memegang teguh dewasa ayu dan duasa.
Termasuk dalam melihat hari lahir seseorang, dalam kaitannya dengan wuku.
Satu diantaranya yang kerap menjadi sorotan warga Hindu di Bali adalah kelahiran seseorang ketika Wuku Wayang.
Atau kerap disebut lahir saat Tumpek Wayang.
Baca juga: Tumpek Wayang, Ini Cerita di Balik Perayaan dan Upakara yang Dipersembahkan
Baca juga: Lahir Kamis Pon Wayang, Agak Angkuh Hingga Mendapat Kesenangan Hidup Saat Umur Ini
Seseorang yang lahir ketika wuku ini diharuskan melakukan bayuh sapu leger.
Agar terhindar dari bala penyakit dan marabahaya.
“Karena orang yang lahir Tumpek Wayang dianggap menyamai hari kelahiran Bhatara Kala.
Nah kisahnya, Bhatara Kala marah dan tidak suka pada orang yang lahir sama dengan beliau.
Karena itu Bhatara Kala ingin memangsa orang yang lahir pada saat Tumpek Wayang ini,” jelas Dewa Windhu Sancaya, Dosen Kajian Prosa, dan Drama, Fakultas Ilmu Budaya, Unud, kepada Tribun Bali, Senin (7/12/2020).
Kemudian agar orang yang lahir pada wuku ini selamat.
Maka harus dibuatkan bayuh sapu leger.
Ini lengkap dengan menyelenggarakan pertunjukan wayang sapu leger saat Tumpek Wayang sesuai hari kelahirannya.
Tujuannya agar tidak dimakan oleh Bhatara Kala, dan orang tersebut selamat dalam hidupnya.
“Kalau tidak disapu leger, dikhawatirkan orang tersebut akan memiliki perilaku yang tidak baik.
Baca juga: Tumpek Wayang - Inilah Kisah Mitologis Tentang Sapuh Leger, Bhatara Kala Ingin Memakan Adiknya
Baca juga: Lahir Minggu Wage Wayang Banyak Rejeki dan Banyak Ilmu, Nasibnya?
Dan tidak selamat dalam hidupnya,” imbuhnya.
Dewa Windhu Sancaya melanjutkan, orang yang terhitung lahir pada Tumpek Wayang adalah ketika lahir dari Redite hingga Saniscara Wuku Wayang.
Sebab setiap wuku, umurnya sebanyak 7 hari.
“Bantennya seperti banten otonan.
Disertai dengan menyelenggarakan pertunjukan wayang lemah.
Dan dipuput oleh seorang dalang,” jelasnya.
Orang yang dibuatkan otonan itu, lalu diperciki air suci oleh dalang wayang.
Sejatinya, kata dia, seseorang yang lahir Tumpek Wayang cukup sekali saja melakukan bayuh sapu leger.
Selain upacara sapu leger bagi yang lahir di Wuku Wayang.
Sementara itu, dalam lontar Sundarigama, ada ritual khusus pada Wuku Wayang ini.
Baca juga: Fenomena Wayang Calonarang Ngundang Leak, Prof Bandem: Intinya Memang Perang Ilmu Putih dan Hitam
Baca juga: Lahir Senin Kliwon Wayang Memiliki sikap Bakti dan Teliti, Begini Perjalanan Hidupnya
Bantennya terdiri dari sesayut agung satu buah, prayascita, dan penyeneng.
“Pada hakekatnya manusia itu adalah wujud bayangan seperti halnya wayang dari Sang Hyang Suksma.
Dan Sang Hyang Iswara sebagai dalang.
Ia adalah sebagai sosok dewata yang mengundang sekaligus diundang oleh seseorang dalang,” jelasnya.
Seperti halnya seorang dalang, dalam kehidupan nyata.
Beliau tidak akan mau pentas bila tidak diundang.
"Itulah hakekat dari Tumpek Wayang yang jatuh pada 9 Januari 2021, yang akan datang,” katanya.
Hari Tumpek Wayang, kata dia, merupakan pemujaan kepada Sang Hyang Iswara.
Baca juga: Minggu Wuku Pahang Muncul Kala Gotongan dan Kala Upa, Begini Ala Ayuning Dewasanya
Baca juga: Kala Katemu dan Kala Dangu Hadir di Kamis Wuku Pujut, Hari Baik Menangkap Ikan dan Berburu
“Hari ini juga merupakan pemuliaan terhadap berbagai jenis alat musik.
Seperti gamelan, gong, gambang, gender, kentongan, genta, dan segala jenis peralatan seni dan wayang,” tegasnya.
(*)