Tumpek Wayang, Ini Cerita di Balik Perayaan dan Upakara yang Dipersembahkan

Kala marah karena adiknya memiliki otonan yang sama dan meminta ijin kepada ayahnya untuk memakannya.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara
Bertepatan dengan hari Tumpek Wayang, ratusan pemedek mengikuti ritual Pebayuhan Sapuh Leger massal di Pesraman Agung Indra Prasta Banjar Pejengaji, Tegallalang, Gianyar, Sabtu (20/4/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Sabtu (13/6/2020) merupakan Tumpek Wayang.

Dirayakan setiap enam bulan sekali yakni Sabtu Kliwon wuku Wayang.

Bagi yang lahir wuku Wayang biasanya melakukan ruwatan yang disebut Sapuh Leger.

Ritual ini erat kaitannya dengan cerita Rare Kumara dan Bhatara Kala.

Secara mitologis dan sastra Bhatara Kumara lahir pada Wuku Wayang yang juga kelahiran kakaknya Bhatara Kala.

“Sehingga karena lahir pada wuku yang sama itulah, maka Rare Kumara dianggap mamada-mada sehingga Bhatara Kala memiliki hak memakan adiknya,” kata Dosen Sastra Bali Unud I Putu Eka Guna Yasa.

Ketika Kala meminta ijin, Bhatara Siwa tidak mengijinkan memakan atau menadah adiknya dengan alasan masih kecil, dan Siwa baru mengijinkan jika Bhatara Kumara sudah besar.

“Karena sayang pada Bhatara Rare Kumara, seketika itu Bhatara Siwa menemuinya dan diberikan anugrah yaitu akan tetap kecil, sehingga tidak dimakan oleh kakaknya,” imbuh Guna.

Berikut cerita ringkasnya terkait cerita dilaksanakannya Sapuh Leger.

Diceritakan bahwa Bhatara Siwa atau Bhatara Guru memiliki dua orang putra yaitu Bhatara Kala dan Sang Hyang Rare Kumara yang lahir pada minggu yang sama yaitu wuku wayang.

Kala marah karena adiknya memiliki otonan yang sama dan meminta ijin kepada ayahnya untuk memakannya.

Siwa memberitahu Kala untuk menunggu selama tujuh tahun, karena adiknya masih bayi.

Dengan perasaan sedih Siwa memanggil Kumara dan memberitahu dia tentang maksud Kala, karena tidak bisa dicegah.

Kemudian Siwa mengutuk (pastu) Kumara untuk tetap kecil (kerdil) tidak pernah dewasa.

Tujuh tahun kemudian, Kala bermaksud akan memakan Kumara, dan Siwa meminta Kumara untuk mengungsi ke Kerajaan Kertanegara.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved