Berita Bali

Kedelai Mahal Ukuran Tahu & Tempe Makin Kecil, Produsen di Bali Menjerit: Asal Usaha Bisa Jalan Saja

Penulis: Eka Mita Suputra
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas usaha pembuatan tahu dan tempe di Desa Sulang, Klungkung, Senin (4/1/2021).

"Biasanya kita suplai ke Pasar Gili, Pasar Budi Darma, sama Pasar Kebon Kacang. Ya sebenarnya pas mogok kemarin itu sudah banyak yang cari tempe, cuma kan nggak ada stoknya, kita mogok dan nggak buat tempe itu," papar Pardi.

Tribun pun sempat melihat ke dalam pabrik kecil miliknya, dua orang karyawan yang sedang sibuk mengolah kedelai.

Pardi menjelaskan saat ini sedang proses fermentasi kedelai, besok sudah mulai kembali dipasarkan.

"Ya terus sekarang lagi bikin buat besok, kan fermentasi biasanya dua hari, jadi dari Sabtu kemarin sudah mulai produksi lagi, karena kan mogoknya cuma sampai Minggu," ujar Pardi.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto memastikan, stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional.

“Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin,” kata Suhanto.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra menyebut yang membuat harga kedelai mahal adalah faktor global di mana harga kedelai di tingkat global juga mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada harga kedelai impor ke Indonesia.

"Jadi stok memang aman, kami pastikan dan kita sudah cek. Jadi, stok itu ada tapi harga merangkak naik dan bahkan sudah dari Juli dan kemarin (Desember) penyesuaian lagi," ujarnya.

Selain itu penyebab kenaikan harga kedelai adalah karena lonjakan permintaan kedelai dari China kepada AS selaku eksportir kedelai terbesar dunia. Pada Desember 2020 permintaan kedelai China naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton. (mit/rtu/tribun network)

Berita Terkini