Setelah 4 Bulan Berturut Alami Deflasi, Bali Alami Inflasi Sebesar 0,68 persen pada Desember 2020

Penulis: Karsiani Putri
Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho

Laporan Wartawan Tribun Bali, Karsiani Putri

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sama halnya dengan yang terjadi pada  bulan sebelumnya, Provinsi Bali pada bulan Desember 2020 kembali mencatat inflasi setelah mengalami deflasi berturut-turut sejak bulan April hingga bulan Oktober 2020.  

Pada bulan Desember 2020 Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,68 persen (month to month) lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,45 persen (month to month).

Baca juga: Meski Vaksin Covid-19 Telah Tiba di Bali, BPOM Sebut Vaksinasi Masih Tunggu Izin Penggunaan

Baca juga: Tunggakan di Pedagang Rp 4 M Lebih, Target Pendapatan Perumda Pasar Denpasar Tahun 2021 Tetap Naik

Baca juga: Semua Kabupaten Kota di Bali Tunda Pembelajaran Tatap Muka, Ini Alasannya

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho yang menyebutkan bahwa berdasarkan perhitungan data BPS, inflasi terjadi di kedua kota perhitungan, yaitu Kota Denpasar sebesar 0,62 persen (month to month) dan Kota Singaraja sebesar 1,08 persen (month to month).  

Menurutnya, inflasi Bali sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar 0,80 persen (year on year), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,68 persen (year on year).

 "Inflasi ini juga tercatat sebagai inflasi terendah di Provinsi Bali," kata Trisno Nugroho pada Selasa (5/1/2021). 

Ia menjelaskan bahwa peningkatkan inflasi di bulan Desember terjadi  karena adanya peningkatan harga seluruh kelompok barang sejalan dengan peningkatan permintaan di tengah libur akhir tahun. 

Hal ini tercermin dari meningkatnya harga bahan makanan seperti cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras, harga yang diatur pemerintah seperti tarig angkutan udara serta harga perlengkapan upacara keagamaan canang sari. 

"Meskipun demikian tekanan harga lebih mendalam tertahan dengan berlanjutnya penurunan harga emas perhiasan dan angkutan antar kota," sebutnya. 

Untuk kelompok volatile food mengalami kenaikan harga sebesar 3,18 persen (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. 

Peningkatkan harga terlihat untuk komoditas cabai rawit, daging ayam ras, cabai merah, tomat, dan daging babi.

Untuk peningkatan harga komoditas hortikultura disebabkan oleh menurunnya jumlah pasokan menjelang musim tanam di tengah peningkatan permintaan pada libur panjang di akhir tahun 2020. 

Selanjutnya, peningkatan harga juga disebabkan oleh rendahnya pasokan daging babi sebagai dampak berkelanjutan dari virus yang menyerang ternak babi di tahun 2020.  

Kelompok barang administered price mencatat peningkatan harga sebesar 0,23 persen (month to month). 

Peningkatan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan oleh naiknya tarif angkutan udara sejalan dengan adanya cuti bersama di akhir tahun 2020.

Halaman
12

Berita Terkini