Namun untuk impor bisa saja kedelai yang sudah distok bertahun-tahun.
“Jadi sebenarnya kedelai lokal tidak terpengaruh dengan isu naiknya kedelai impor. Kedelai lokal justru terpengaruh oleh jumlah dan waktu panen. Kedelai lokal dari petani itu biasanya menjadi rebutan. Baik untuk ditanam lagi atau diambil tengkulak. Kalau dijual ke produsen mereka kesulitan. Karena produsen tempe sudah terbiasa pakai kedelai impor,” jelas Benny.
Meski demikian, dari segi kualitas rasa, kedelai lokal lebih unggul ketimbang impor.
Hal ini karena kedelai impor melewati proses laboratorium dan penyimpanan gudang.
Sedangkan kedelai lokal lebih segar karena habis panen langsung dijual.
“Dari segi rasa, lebih bagus yang lokal. Kalau impor agak hambar rasanya dan kurang gurih. Kedelai impor kan disimpan di gudang sehingga kualitasnya bisa menurun,” ucapnya.
Untuk produksi tempe, Benny sendiri mengaku membeli atau mengambil bahan baku dari daerah Pulaki di Buleleng dan Grobogan di Jawa Tengah.
Pria berkacamata itu menyebutkan sekali beli kedelai bisa sekitar 400 kg sampai 1 ton kedelai lokal, tergantung hasil panen para petani.
Bahan baku kedelai kemudian diolah menjadi tempe dengan produksi seminggu dua kali.
Tempe yang dibuat pun tidak seperti tempe pada biasanya.
Namun usaha rumahan yang digelutinya selama 4 tahun itu membuat tempe original dan tempe campuran.
Pada tempe campuran itu ada lima jenis varian rasa yakni Tempe Wijen Hitam, Tempe Spirulina, Tempe biji Labu dan Tempe rasa Keju.
“Tempe ini saya jual di warung sehat yang ada di wilayah Canggu, dan Ubud. Bahkan ada juga konsumen yang memesan seperti restoran dan yang lainnya,” jelasnya sembari mengatakan untuk tempe original dijual Rp 6.500 per kotak dan Tempe campuran dijual Rp 7.500 per kotak.
Seperti diketahui, kementerian Perdagangan mencatat harga kedelai di pasar internasional naik 9 persen dari kisaran 11,92 dolar AS menjadi 12,95 dolar AS per busel.
Harga kedelai impor Indonesia nasik dari kisaran Rp 9.000 menjadi Rp 9.300 per kg.
Menurut Benny, hingga saat ini harga kedelai lokal masih stabil mulai dari Rp 8 ribu hingga Rp 12 ribu per kg tergantung jenis dan kualitas kedelai. (*)