Berita Bali

Kadispar Bali Optimis Vaksinasi Covid-19 Tingkatkan Percaya Diri Wisatawan untuk Bepergian

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana
Editor: Wema Satya Dinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah wisatawan menanti sunset di penghujung tahun 2020 di Objek Wisata Tanah Lot, Tabanan, Kamis (31/12/2020). Kadispar Bali Optimis Program Vaksinasi Tingkatkan Percaya Diri Wisatawan untuk Bepergian

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah pusat dan daerah saat ini sedang menggalakkan program vaksinasi guna menanggulangi pandemi Covid-19.

Bali sendiri telah menerima vaksin Covid-19 dalam tiga tahap.

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Bali, Putu Astawa mengungkapkan, bahwa pihaknya optimis program vaksinasi Covid-19 yang dilakukan ini bisa meningkatkan rasa percaya diri wisatawan untuk bepergian.

"Yang jelas tyang di pariwisata pasti optimis dengan adanya vaksin ini akan muncul keyakinan dan rasa percaya diri wisatawan untuk bepergian," kata Astawa saat dihubungi dari Denpasar, Senin, 25 Januari 2021.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Perdana di Klungkung Bali Dilakukan Tanggal 27 Januari 2021

Dengan adanya kemunculan keyakinan ini para wisatawan nantinya bisa lebih percaya diri untuk berwisata.

Dengan begitu, nantinya akan ada pergerakan ekonomi, terlebih Bali memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut Astawa, sesuai dengan informasi dari Gubernur Bali, bahwa masyarakat di Pulau Dewata diberikan prioritas dalam program vaksinasi.

Sejauh ini, sudah ada pelaku pariwisata yang juga meminta untuk divaksinasi.

Namun, saat ini vaksin masih diprioritaskan bagi tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19.

"Sekarang tenaga kesehatan terlebih dahulu.

Nanti baru ke pelayanan publik nanti," tutur mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali itu.

Kerugian Periwisata Bali Capai Rp 116 Triliun

Sebelumnya diberitakan, Bali sebagai daerah yang paling terdampak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Pasalnya, masyarakat Pulau Dewata sebagian besar mengandalkan perekonomiannya melalui pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa mengatakan, pandemi Covid-19 sangat berdampak bagi pariwisata Bali.

Jika dilihat devisa yang dihasilkan, Bali telah rugi sebanyak Rp 9,7 triliun dalam sebulan.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Buleleng Bali Akan Dilaksanakan Hari Rabu Ini

"Kalau dari rujukan devisa kerugian devisa itu kan 9,7 triliun per bulan.

Jadi tinggal dikalkulasi sudah berapa bulan kita sudah tidak menerima (wisatawan).

Sepi lah. Sudah Rp 116 Triliun per tahun itu kalau kita kalkulasi," kata Astawa.

Hal itu Astawa katakan saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon dari Denpasar, Minggu, 24 Januari 2021.

Tak hanya rugi dari segi devisa yang dihasilkan, jika dari indikator ekonomi, Covid-19 juga menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi Bali minus, banyak pekerja yang dirumahkan, dan tutupnya restoran-restoran.

"Kan itu dampak-dampak dari pada Covid-19.

Jadi keinginan pak menteri berkantor di Bali itu merupakan bagian dari upaya melakukan pemulihan pariwisata Bali," kata Astawa.

Di sisi lain, kebijakan pembukaan wisatawan domestik belum terlalu dapat menunjang pendapatan bagi pelaku pariwisata Bali.

Pasalnya, wisatawan domestik biasanya ramai melakukan perjalanan ketika musim liburan seperti adanya cuti bersama dan sebagainya.

"Kalau tidak liburan pasti sepi kalau domestik kita.

Yang mendominasi kan adalah situasi liburan," tutur mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali itu.

Baca juga: Dikes Bangli Bali Harapkan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Bisa Digelar Dua Hari Kedepan

Astawa menyontohkan, seperti saat ini misalnya yang tidak pada musim liburan, kunjungan wisatawan demestik ke Bali sangat sepi.

Situasi ini diperparah lagi dengan adanya pengetatan melalui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

"Mungkin akhir tahun atau liburan anak-anak sekolah atau cuti bersama pasti ada peningkatan jumlah kunjungan," tuturnya.

Oleh karena itu, menurut Astawa, di luar situasi liburan, para pelaku pariwisata dipastikan lebih terpukul sehingga untuk memulihkan seperti sedia kala masih membutuhkan waktu.(*)

Berita Terkini