Berita Bali

Soal Babi yang Langka di Pasaran, DPRD Bali Minta Pemprov Bagikan Bibit Gratis

Penulis: Ragil Armando
Editor: Wema Satya Dinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua DPRD Bali, I Nyoman Sugawa Korry.

"Populasi babi kita memang menurun. Menurun dari tahun 2019 ke 2020 itu menurun 42 persen.

Kenapa, karena dari akhir tahun 2019 ke 2020 kemarin ada wabah penyakit yang menyebabkan babi itu menurun," kata Intan saat ditemui di kantornya, Senin 1 Februari 2021.

Menurutnya, penurunan populasi babi ini sebagian memang mati karena terserang ASF dan sebagian lagi dijual cepat oleh para peternak.

Para peternak menjual babinya lebih cepat dikarenakan takut mati sehingga dapat menyebabkan kerugian yang lebih banyak.

"Sebagian memang iya kena penyakit. Sebagian lagi karena dijual oleh peternak karena takut babinya mati, jadinya dijual. Dijual sebelum sakit lah.

Itu yang menyebabkan populasi babi kita turun 42 persen," kata Intan.

Akibat penurunan populasi ini, ketersediaan daging babi di pasaran menurun sejak akhir tahun 2020.

Sesuai hukum pasar, ketersediaan daging babi yang tipis di pasaran membuat harganya melambung tinggi.

Terlebih peternak kini meminimalisir pemotongan babi betina dalam jumlah yang banyak karena dikembangkan sebagai indukan baru.

Virus Nipah Menular dari Kelelawar dan Babi ke Manusia, Berikut Ini Gejala hingga Cara Pencegahannya

"Ini juga mempengaruhi. Misalnya peternak punya anak babi 10, yang bagus itu masih dia pakai buat indukan baru lagi.

Sementara yang lima dipakai indukan, yang lima (sisanya) baru dibesarkan untuk dipotong.

Ini yang penyebab jumlahnya (daging babi) di pasaran berkurang," jelas Intan.

Intan mengatakan, harga daging babi saat ini sudah menembus di Rp 90 ribuan.

Kenaikan harga ini merangkak sedikit demi sedikit sejak triwulan ke-4 tahun 2020.

"Jadi naiknya bukan tiba-tiba melonjak menjadi Rp 90 ribu perlahan dari Rp 60 ribu, Rp 65 ribu, (dan) Rp 70 ribu.

Halaman
1234

Berita Terkini