“Sekarang dia tinggal sama nenek dan adiknya yang masih kelas 5 SD. Almarhum adalah tulang punggung keluarga," kata Suardana.
Kini, IGNEP juga turut menyusul kedua orangtuanya di usianya yang masih sangat muda.
Hari ini, Minggu 7 Februari 2021, keluarga akan melaksanakan upacara mesangih atau potong gigi terlebih dulu terhadap almarhum IGNEP, kemudian dilanjutkan dengan prosesi pengabenan.
"Semoga upacaranya bisa berjalan dengan lancar dan baik, semoga bisa menyatu dengan-Nya," harap Suardana dengan suara lirih.
Bakat Seni
Suardana menyebut IGNEP merupakan anak yang penuh talenta yang menekuni bidang kesenian tari-tarian Bali sejak usia dini.
“Dia di bidang tari, tari apapun bisa. Baik topeng, pewayangan, dan lainnya. Bahkan tabuh juga bisa. Padahal dia baru kelas 10 (kelas 1) di SMK," ujarnya.
Sosok IGNEP di mata keluarga serta kerabat dekatnya dikenal sebagai pemuda yang baik, ramah, dan berjiwa sosial, terutama saat kegiatan adat dan keagamaan.
Seni tari yang ia geluti sudah diasah mulai dari kecil.
Bahkan sejak kelas 5 SD, IGNEP sudah mengisi beberapa acara di desa tempat ia tinggal dengan menari di pura, gereja, ataupun tempat lainnya.
"Walaupun baru SMK, tapi dia sangat diandalkan oleh keluarganya. Dia kadang-kadang melatih tabuh, dan diberikan (uang) sekadar, dia pakai untuk keluarga," tutur Suardana.
"Dia sangat sosial sekali, dia ngayah nabuh atau nari di mana-di mana dia mau. Dia dari umur kelas 5 sudah pentas," lanjutnya.
Suardana mengaku sangat bangga dengan korban, namun ia menyayangkan kepergian IGNEP yang masih berusia belasan tahun.
"Yang amat sangat kami sayangkan bersama, seorang anak muda yang punya talenta telah meninggalkan kita semua. Saya juga selaku kakeknya sangat bangga punya cucu seperti itu. Hanya sangat disayangkan dalam usia yang sangat belia ini beliau harus meninggalkan kita bersama," kata Suardana.
Pelajaran bagi Penari