Berita Klungkung

Jeritan Wayan Sureni, Berhenti Jual Lawar karena Harga Cabai Melambung Tinggi Jelang Hari Raya Nyepi

Penulis: Eka Mita Suputra
Editor: Kambali
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Pedagang cabai di Pasar Badung, Denpasar, Bali.

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Harga komoditi cabai di Pasar Galiran, Kabupaten Klungkung, Bali semkin meroket.

Bahkan Kamis, 4 Maret 2021, harga cabai rawit merah menembus kisaran harga Rp 120 ribu sampai Rp 130 ribu per kilogram.

Kondisi ini semakin membuat masyarakat susah, terlebih masih dalam kondisi Covid-19. 

Seperti yang diungkapkan Wayan Sureni.

Ia sementara terpaksa harus berhenti menjual lawar.

Baca juga: Harga Cabai Kian Meroket di Pasaran Klungkung Bali, Sureni Pilih Berhenti Jual Lawar

Hal itu karena harga cabai yang menurutnya kenaikannya sudah tidak masuk akal.

Apalagi selama ini kuliner yang identik dengan rasa pedas itu, bumbu dapur utamanya adalah cabai. 

"Harga cabainya mahal sekali. Seperempat kilo saja harganya Rp 35 ribu.

Saya hari ini memilih berhenti dulu menjual lawar, karena harga cabai yang mahal," keluh Sureni. 

Padahal selama ini  penghasilannya Sureni dan keliarganya dari menjual lawar. 

"Kalau menaikan harga lawar tentu tidak bisa, nanti tidak ada yang beli.

Daripada rugi, saya memilih berhenti sementara menjual lawar sampai harga cabai normal," jelasnya.

Baca juga: Musim Hujan, Harga Cabai Rawit di Buleleng Tembus Rp 90 Ribu per Kilogram

Empat pekan jelang hari raya nyepi, harga komoditi cabai kian meningkat di Pasar Galiran, Klungkung, Bali.

Menurut para pedagang, harga cabai yang tinggi ini sudah terjadi sejak akhir tahun 2020 lalu.

Bahkan Kamis, 4 Maret 2021, harga cabai berkisar mencapai Rp120 ribu sampai Rp 130 ribu per kilogram. 

"Sebelumnya harga cabai paling mahal itu Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu. Tapi sekarang melonjak terus," ungkap salah seorang pedagang cabai di Pasar Galiran, Klungkung, I Ketut Daging.

Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah di Bangli Tembus Rp 100 Ribu/Kg, Sayur Hijau Rp 15 Ribu/Kg

Menurutnya, hujan berkepanjangan menjadi salah satu penyebab tingginya harga cabai saat ini.

Para petani lokal banyak gagal panen, kerena terus diguyur hujan.

Demikian juga pasokan cabai dari luar Bali juga tersendat, karena juga gagal panen akibat cuaca buruk. 

"Di Bali sudah tidak ada pasokan cabai. Apalagi di jawa juga sampai banjir, pasokan cabai seret," jelasnya.

Baca juga: Harga Cabai Besar Tembus Rp 40 Ribu Per Kilo di Denpasar Bali, Masyarakat Beralih Ke Cabai Kering

Tingginya harga, membuat Ketut Daging tidak berani menjual cabai dengan jumalah banyak.

Paling banyak rata-rata ia hanya menjual cabai dengan banyak 10 Kilogram perhari. 

"Saat ini harga cabai terlampau mahal, semoga saja bisa segera normal," ungkapnya. (*)

Berita Terkini