Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Fenomena kerauhan nampaknya telah menjadi, bagian dari kehidupan umat Hindu di Bali.
Namun masih banyak yang belum paham, perbedaan antara kerauhan dengan kerangsukan.
Berikut penjelasan Komang Indra Wirawan, Dekan FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia.
Sebagai praktisi, ia memberikan penjelasan mengenai perbedaan kerauhan dengan kerangsukan.
Serta lebih detail tentang kerauhan dan pemilahannya.
Baca juga: Kebakaran Pura Majapahit Denpasar, 7 Pregian Kerauhan, Ternyata Ada Firasat Ini
Baca juga: Magisnya Tradisi Narat, Puluhan Warga Kerauhan Membawa Keris
Intinya, kata dia, harus paham tentang proses, ruang dan waktu serta kepantasannya. Sebab hal ini kerap berkaitan dengan agama Hindu di Bali.
Sehingga tidak bisa dianggap enteng, apalagi jika dilakukan di tempat suci seperti pura.
"Berbicara Hindu Bali, tentunya berkaitan dengan Widhi Tattwa. Apalagi di era kaliyuga ini, sifat rajas dan tamas yang mendominasi," katanya, Rabu 17 Maret 2021.
Dosen berusia muda ini pun, menjelaskan hal tersebut ke dalam seminar yang dibawakan ke berbagai pura.
Seperti seminar tentang kerauhan beberapa waktu lalu.
Dan ke tengah-tengah masyarakat. Agar tidak terjadi miss komunikasi apalagi salah persepsi.
Sehingga menimbulkan korban di tengah ritual tersebut.
"Widhi Tattwa adalah dasar landasan simbol pertanda, akan apa yang akan kita sembahkan dan lain sebaginya," jelas pria yang akrab disapa Komang Gases ini.
Ia selalu mengingatkan, apabila ada tarian yang dibawakan dengan banten maka tarian tersebut adalah tarian pingit atau sakral.