Kemudian apabila kerauhan bhuta, dari pengetahuannya perkataan orang itu akan caah-cauh, tidak mengikuti sesana dan lebih ke ngujar ala.
Hal ini berbeda dengan kerauhan yang ada landasan dasarnya. Yakni upakara atau banten yang dilakukan.
"Nah kalau terjadi di warung, bukan disebut kerauhan. Itu adalah kerangsukan atau kesurupan. Kalau kerauhan atau nadi berbeda itu dalam tatanan orang Bali. Sebab kerauhan itu pasti ada media sakral dan ruangnya," katanya.
Baca juga: Makna Dan Kesakralan Tarian Legong Lasem Hingga Peserta Kerauhan di Depan Puri Agung Denpasar
Baca juga: Dada Winasa Terluka Saat Ngurek, Tertusuk Keris dalam Kondisi Kerauhan, Beruntung Selamat dari Maut
Kalau nadi, segala sesuatu hal yang datang atau dihadirkan itu bisa mengendalikan semuanya.
Dan apa yang diucapkan dia tahu. Hal ini sering terjadi tatkala seorang pedanda sedang muput dan membaca mantra.
"Kala itu tanpa sadar, beliau (sulinggih) nadi ketika mengucapkan kata-kata suci, karena sesuai dengan Siwa sesana," jelasnya. Kemudian apa yang diucapkan dan dikatakan diikuti masyarakat. Sehingga yadnya yang dilakukan puput atau patut.
"Itu disebut nadi, segala sesuatu hal yang dihadirkan bisa dikontrol tanpa terkontaminasi dengan aura sekala-niskala atau positif-negatif," sebutnya. Kerauhan dalam tatanan tadi itu, memang tidak bisa dikendalikan.
Tetapi nanti setelah selesai, seorang yang kerauhan itu sadar dan etikanya tetap mengikuti sesana seorang dewa.
"Biarpun ketika kerauhan mengambil keris dan api, tetapi bisa mengendalikan dalam artian tidak terkontaminasi aura negatif," jelasnya.
Sedangkan ketika kemasukan bhuta, maka sikapnya dan ucapannya layaknya seorang bhuta. Komang Gases menjelaskan, kerangsukan berasal dari kata rangsuk yang berarti memasukan.
Hal yang dimasukkan identik dengan sesuatu hal yang bersifat negatif.
Semisal seseorang yang ingin menyakiti orang lain. Melalui jalan pangiwa (kiri). Menyebabkan yang dirasuki bergesekan dan lama-kelamaan menjadi bebai atau penyakit.
"Kalau kesurupan itu kan 'surup' artinya tidak sadar. Sering terjadi saat kondisi seseorang tidak punya uang, takut berlebihan, dan lain sebagainya," jelasnya. Maka dari itu, banyak siswa SD, SMP, hingga SMA kerap kesurupan.
IKUTI BERITA KERAUHAN LAINNYA