Serba Serbi

Kerauhan dan Kerasukan, Apa Perbedaannya Dalam Hindu Bali?

Penulis: AA Seri Kusniarti
Editor: Noviana Windri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pamedek mengalami kerahuan saat mengikuti Upacara Pengerebongan di Pura Dalem Petilan, Kesiman, Denpasar, Minggu (11/8/2019).

"Sebab banten atau upakara adalah simbol dari sakralnya sesuatu hal," tegasnya.

Seperti misalnya pementasan tari-tarian, yang kerap terjadi kerauhan adalah calon arang. Ia mengamini memang kerap terjadi kerauhan tatkala tarian calon arang ini dilangsungkan. 

Baca juga: Baru Mulai Kemah, 32 Siswa SMKN 4 Negara Kerauhan, Ada Yang Minta Permen Sampai Daun Kenanga

Baca juga: Pemedek Kerauhan Tunjuk Pohon Kelapa, Saat Dinaiki Ternyata Temukan Ini

"Untuk itu jangan sampai dilanggar,  segala sesuatunya. Apalagi sampai ada yang masuk UGD seperti penari calon arang, penari Rangda yang tertusuk," katanya. Inilah yang diperlukan pakem atau pararem jelas ke depannya. 

Agar seni budaya sakral tidak sirna, tetapi juga tidak disalahartikan.

Banyak kasus terjadi, untuk itu seminar kerauhan penting disosialisaikan ke setiap wilayah di Bali. Khususnya kepada anak muda, agar bisa belajar dengan baik dan benar.

"Ada dua istilah kerauhan di Bali. Kalau kerauhan asal kata rauh atau mendatangkan. Didasari upakara banten ke linggih ida bhatra," jelasnya.

Kemudian ada kerauhan dewa dan ada kerauhan bhuta.

Kalau kerauhan dan yang datang adalah dewa, kata dia, tentunya tata cara berbicara sesuai agama Hindu.

Sesuai dengan bagaimana sesana seorang dewa. Kerauhan dewa ini kemudian dipilah lagi menjadi tiga. 

Diantaranya kerauhan sesuhuhan agung, kerauhan dewa dari sajeroning prasanak, dan kerauhan para rencang ida bhatara.

"Kalau sudah kerauhan dewa dari sesuhunan agung atau prasanak, sifat perilaku pasti halus. Ciri lainnya pasti meneteskan air liur atau air mata ketika berbicara," jelasnya. 

Sebab hadirnya beliau tidak bisa dikendalikan. Sementara apabila kerauhan dari para rencang, biasanya mengambil api dan lain sebagainya.

Ciri selanjutnya, apabila kerauhan dewa itu walau saat kerauhan tidak bisa dikendalikan.

Tetapi ketika sadar seseorang yang kerauhan dewa ini, sadar dan bisa menceritakan apa yang terjadi.

Walau kekuatannya tidak bisa dikendalikan saat kerauhan. 

Halaman
123

Berita Terkini