TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Tiga bocah bersaudara yakni Ni Komang Desi, I Ketut Pait, dan Wayan Dika murung saat ditemui, Kamis 8 April 2021. Wajahnya memelas.
Bocah yatim piatu asal Banjar Muntigunung Tengah, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, nampak akrab.
Mereka bersenda gurau. Sesekali terdengar guyonan. Suka duka dijalani dengan tabah.
Kekurangan materil tak menjadi penghalangan untuk bahagia, hidup bersama.
Baca juga: Kisah Heni Fitriyani, Penjual Gorengan di Canggu Bali yang Viral Setelah Beri Makan Anjing
Baca juga: Kisah Pilu Tiga Bersaudara Yatim Piatu Asal Karangasem, Biasa Hanya Makan Nasi Putih Tanpa Lauk Pauk
Baca juga: Kisah Nyata: Wanita Ini Kaget Saat Tahu Istri Anaknya Ternyata Putrinya Sendiri
Pakaian yang dikenakan agak kusut.
Sesekali tangannya terlihat memperbaiki rambutnya yang sedikit tidak terurai.
Ni Komang Desi mengatakan, kemesraan ini dibangun sejak orangtua mereka masih ada. Diajarkan untuk saling mengasihi.
Setelah orangtua meninggal, kemesraan ini semakin erat.
Mengerjakan pekerjaan rumah bersama, seperti masak, cari rumput, hingga memenuhi kebutuhan.
Wanita perawakan kurus mengatakan, dirinya bersama dua adiknya menanggung beban seusai ditinggal orangtuanya.
Bantuan yang diberikan dari pemerintah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, seperti untuk makan minum, serta menanggung biaya adik yang masih kelas III SD.
"Bantuan pemerintah tak cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Sekitar 2019, setelah kedua orangtua meninggal, saya mengambil keputusan untuk dagang masker dan tissue di Batubulan serta Ubud," kata Komang Desi, Kamis.
Desi berjualan ke Batubulan serta Ubud setiap lima hari sekali.
Biasanya berjualan di perempatan, dan menginap di pinggir jalan.
Setelah mendapat penghasilan, Desi kembali ke rumahnya untuk bertemu kedua adiknya.