TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Desa Taro menjadi desa yang memiliki TPS3R terbaik di Provinsi Bali.
Hal tersebut terlihat saat Gubenur Bali, Wayan Koster menggelar launching Keputusan Gubenur Bali tentang Pedoman Pengolahan Sampah Berbasis Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat, di Kabupaten Gianyar, Jumat 9 April 2021.
Dalam acara yang dihadiri Bupati Gianyar ini, Gubernur Koster menyerahkan penghargaan kepada lima desa yang sudah bisa menerapkan TPS3R.
Bupati Gianyar Made Mahayastra mengatakan di Gianyar sudah melaksanakan pengolahan sampah berbasis sumber di beberapa desa yang menjadi pilot project.
Desa Taro terpilih menjadi desa percontohan di Bali.
Baca juga: Bantu Petani Pasarkan Hasil Pertanian, Pemkab Gianyar Gelar Pasar Tani
Baca juga: Dalam Re-opening Ubud, Pintu Masuk Kawasan Gianyar Akan Dijaga Ketat dan Ada Barcode QR
Bahkan di desa-desa yang lainnya juga sudah mulai bergerak menerapkan TPS3R.
"Yang paling lengkap ada di Desa Taro," ujarnya.
Berdasarkan catatan Tribun Bali, TPS3R Desa Taro ini diresmikan pada 2020 lalu oleh Bupati Mahayastra didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gianyar, Wayan Kujus Pawitra.
Mahayastra menjelaskan, TPS3R adalah kepanjangan dari Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle.
Ini merupakan sistem dan teknologi pengolahan sampah dari hulu.
Bupati Mahayastra menambahkan, Program TPS3R di Kabupaten Gianyar bersinergi dengan Program Puspa AMAN (pusat pangan alami mandiri asri dan nyaman).
Baca juga: Siswa SMP Tewas di Jalanan Gianyar, Tinggalkan Rumah di Jalan Nangka Denpasar Sejak Minggu Sore
Hal itu sesuai visi dan misi pertamanya selama menjabat Bupati Gianyar.
Program Puspa Aman merupakan upaya pemerintah Gianyar mengajak masyarakat memanfaatkan lahan di desa yang tidak produktif, untuk dikembangkan sebagai penghasil pangan dalam memperbaiki gizi masyarakat, sekaligus bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan desa.
Salah satu produk yang dihasilkan TPS3R yaitu pupuk organik.
Selain dijual, pupuk ini juga dapat dimanfaatkan dalam program Puspa AMAN untuk mengembangkan kebun bibit sebagai penyedia bibit tanaman, juga dalam membuat demplot sebagai laboratorium lapangan, sarana edukasi bagi anggota kelompok dalam mengembangkan kebun pekarangan dan lahan sekitar tempat tinggal.
Baca juga: Masuk Zona Merah Rabies, Populasi Anjing di Dua Wilayah Gianyar Ini Dipantau Intensif
Kepala Desa Taro, I Wayan Warka mengatakan TPS3R ini terlahir pada 2020.
Keberadaannya, tidak terlepas dari edukasi dan motivasi dari DLH Gianyar dan Yayasan Merah Putih Hijau sejak tahun 2019.
Dalam menyukseskan program ini, pihaknya lalu mengeluarkan Perdes (Peraturan Desa) tahun 2020, serta diturunkan lagi menjadi pararem dan awig-awig desa adat, dengan tujuan desa dinas dan desa adat bersinergi untuk saling menguatkan tugas masing-masing.
Sebab desa adat juga harus bertanggung jawab kepada warganya “Harus dibuatkan awig-awig dan pararem, agar warganya taat dan tidak lagi membuang sampah ke sungai, ladang, dan juga ada sanksinya,” ujarnya.
Tak hanya itu, untuk lebih menguatkan lagi, dirinya juga membentuk tim kader kebersihan yang berjumlah tiga orang di setiap banjar.
Di mana fungsi tim tersebut adalah untuk menguatkan dan membantu komunitas yang ada di pengelolaan sampah.
"Semua warga Desa Taro sudah sadar memilah sampah mulai dari rumahnya dan ditampung pada karung," ujarnya.
Terkait pupuk kompos yang dihasilkan TPS3R Desa Taro, Warka mengatakan, selama ini dipergunakan untuk padat karya masyarakat Desa Taro dan kebun Puspa AMAN Desa Taro.
“Itu semua sudah menggunakan pupuk organik, dan terbukti hasilnya bagus sehingga Desa Taro mendapatkan Sertifikat Organik yaitu adanya kembali binatang kunang-kunang di Desa Taro,” ujarnya. (*)
Berita lainnya di Berita Gianyar