Biasa juga disebut Gusti Ngurah Gede Pinatih, atau Gusti Ngurah Made Pinatih. Yang ada di Kertalangu.
Diiringi sang raja oleh bagawanta. Yang datangnya dari Klungkung, bernama Ida Pedanda Wayan Bendesa, Ida Pedanda Anom Penida, Ida Pedanda Mas Alangkajeng.
"Karena ada ketidakcocokan antara bagawanta ini dengan raja di Klungkung. Agar tidak ada perang di Gel-gel maka kala itu, beliau kembali dari Gel-gel ke Badung. Bertempat tinggal di Padang Galak diiringi oleh beberapa pasukan-pasukan," katanya.
Bahkan para bagawanta ini, hingga membuat upacara yang disebut Catur Winasa di Tukad Unda.
Setelah selesai bantennya dibuang ke sungai Unda dengan sarana kepala kerbau.
Tujuannya agar tidak ada perang dengan raja. Para bagawanta bertemu dengan penguasa Denpasar, yaitu I Gusti Ngurah Mas Pinatih.
Para bagawanta ini, menjadi bagawan di Kertalangu dan bertempat tinggal di Padang Galak.
Di sisi lain, I Gusti Ngurah Mas Pinatih tidak cocok dengan mertuanya yang bernama Dukuh Mangku Baleagung. Sebab ada disebutkan bahwa mertuanya itu akan moksa.
"Tetapi beliau (raja) tidak percaya mertuanya akan moksa. Kemudian Dukuh berkata pada Gusti Ngurah bahwa ia memiliki sebuah cincin ratna, agar tidak terkena pastu.
Setelah itu, dipastulah dia agar dikalahkan oleh semut. Maksud semut di sini adalah rakyat. Kemudian Dukuh ketika akan moksa, diserbu oleh rakyat Ngurah Pinatih.
Baca juga: Bale Piasan Milik Dosen di Denpasar Bali yang Hangus Terbakar Diduga Karena Dupa
Tepat tengah hari (tengah tepet) Dukuh Baleagung ini benar-benar moksa.
Kala itu, entah darimana datang semut yang banyak. Mengerubungi wilayah Kesiman Kertalangu hingga menggunung bak perahu dan batu.
Konflik kemudian berlanjut, antara Gusti Ngurah Pinatih dengan saudara-saudaranya. Dimana ia mempunyai dua adik, yang merupakan anak selir (panawing) Bernama I Gusti Ngurah Tembau dan I Gusti Ngurah Kepandean. Kala itu raja akan bertolak ke wilayah timur Kesiman. Dan adiknya menolak ikut. Karena itu, dipastulah sang adik oleh raja.
"Sugih gawe kirang pangan, atau banyak memiliki pekerjaan tetapi tidak ada hasil," sebutnya. Demikian bunyi pastu atau kutukannya kepada Ngurah Tembau.
Karena tidak mau mengikuti perjalanan sang raja.