Sementara itu, walaupun ada penundaan pembukaan Singapore Airline ke Bali, menurutnya, hal itu bukan merupakan bagian dari skenario yang dibuat untuk bulan Juli dan tidak ada kaitannya.
Tidak berarti kemudian mempengaruhi proyeksi di bulan Juni-Juli buka pariwisata untuk wisman.
Justru yang mempengaruhi itu adalah kondisi Covid-19 di Bali itu sendiri, kalau Bali bisa pertahankan kondisi perkembangannya landai, Cok Ace memperkirakan bulan Juli ini tetap akan bisa dilaksanakan pembukaan.
"Kemarin saya bertemu dengan Pak Menteri Kesehatan, dan beliau menyampaikan bukan vaksin yang akan menjadi ukuran orang mau datang ke Bali. Tapi ketaatan penduduk, ternyata ketaatan itu. Ada lima yang disampaikan tapi saya lupa apa saja, tapi vaksin ini yang terakhir. Ketaatan dan kedisiplinan masyarakat yang menjadikan penentuan orang datang ke Bali," ungkap Cok Ace.
Berbicara peluang pasar domestik saat ini sangat besar, namun Bali tidak bisa lagi menjual 'dagangan' atau produk yang sama sebagaimana yang dijual ke orang asing.
Lanjutnya, Bali sudah mengarah ke pasar domestik yang spesifik sekarang, walaupun domestik dari Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar punya perbedaan.
"Ini yang perlu kita pelajari (pasar domestik spesifik lagi), apa yang kita harus angkat dari mempromosikan Bali. Ini juga yang akan menjadi tantangan kita kedepan, berbeda domestik Jakarta, domestik Manado. Strategi-strategi yang harus kita perhitungkan ketika kita ingin menggaet pasar domestik," jelasnya.
Pasar domestik juga pasti akan mencari tempat-tempat yang gampang (akomodasi nya), yang CHSE nya sudah terjamin dan lain sebagainya.
"Jangan kita berpikir Juli dibuka untuk wisatawan mancanegara, kita langsung sudah berjaya. Kita harus memikirkan upaya-upaya lain yang harus kita pikirkan. Tidak bisa semudah itu," papar Cok Ace.
Dalam jangka pendek tetap pasar domestik dijadikan harapan satu-satunya, namun memang mungkin spending money nya jauh dibandingkan dengan wisman.
Baca juga: Penyintas Varian Baru Covid-19 di Bali Diduga Terpapar dari Pasien WNA
Tetapi kalau pelaku pariwisata di Bali bisa selektif melihat pangsa pasar orang-orang Jakarta bisa bayar mahal-mahal hotel di kawasan Ubud dan tinggal disana.
“Permasalahan yang perlu kita catat bersama adalah tentu infrastruktur, saya dengar waktu ini ada 13 provinsi mendapat prioritas untuk mendapatkan fasilitas jaringan 5G tetapi Bali tidak dapat.
Saya tanya kenapa Bali tidak dapat prioritas? Katanya work from Bali diprioritaskan tapi 5G Bali malah tidak dapat.
Nah ini sedang direvisi, ini tantangan kita atau persoalan yang kita hadapi infrastruktur," kata Wagub Bali.(*)
Artikel lainnya di Berita Bali