TRIBUN-BALI.COM - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani meresmikan Rumah Sakit Hewan pada Senin 7 Juni 2021.
Rumah sakit yang bertempat di Jalan Kartini, Nomor 56, Kelurahan Kepatihan, Banyuwangi itu, memberikan layanan lengkap terhadap berbagai hewan ternak maupun peliharaan.
“Semoga ini bisa membantu warga menjaga kualitas hewan ternaknya maupun hewan peliharaannya mengingat sekarang semakin banyak pencinta binatang, juga komunitas-komunitasnya yang tumbuh di Banyuwangi,” kata Ipuk.
Rumah Sakit Hewan Banyuwangi ini merupakan peningkatan dari Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan).
Peningkatan status ini bertujuan untuk memberikan peningkatan layanan kesehatan hewan yang ada di Banyuwangi.
• Di Tengah Pandemi Covid-19, Rumah Sakit Hewan UNUD Tangani 5.023 Pasien Hewan
“Kesehatan hewan ini tidak bisa disepelekan. Pertama, kita bisa mencegah penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Kedua, ini bagian dari kesadaran kita untuk menghargai hewan, bagaimana kesejahteraan hewan diterapkan termasuk dari sisi kesehatannya,” jelas dia.
Rumah Sakit Hewan Banyuwangi sendiri dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Mulai dari Unit Gawat Darurat (UGD), Ruang Diagnostik, Ruang Bedah, Ruang Rawat Inap hingga laboratorium dan apotek.
“Untuk sementara masih belum bisa memberikan layanan kepada hewan berukuran besar. Karena masih ada keterbatasan ruang. Untuk hewan berukuran besar, tim Puskeswan yang seperti biasa akan turun membantu masyarakat,” ungkap Ipuk.
”Saya juga minta warga bila menemukan hewan yang sakit, seperti kucing atau anjing di jalan, bisa disampaikan agar ditangani,” imbuhnya.
Selama ini Banyuwangi memang memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap kesehatan hewan.
Tak kurang ada 12 pusat kesehatan hewan (puskeswan) yang ada di Banyuwangi.
Ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan kabupaten/ kota lain di Jawa Timur.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi Arief Setyawan menyebutkan hal ini sebagai upaya perlindungan terhadap masuknya binatang ternak dari luar Jawa.
“Salah satu pintu masuknya hewan-hewan ternak ke Jawa ini melalui Banyuwangi. Baik yang dikirim dari Bali, NTT dan Indonesia bagian timur lainnya. Jadi, perlu ada pemeriksaan yang ketat terhadap kesehatannya. Agar tidak menjadi bibit penyakit yang bisa menyebar di Jawa,” terang Arief.
Dengan kondisi demikian, aku Arief, Banyuwangi kerap menjadi jujukan dari kampus-kampus besar yang memiliki berkaitan dengan hewan.