Berita Klungkung

Indahnya Panorama Tukad Tista Klungkung yang Masih Tertutup Rimba

Penulis: AA Seri Kusniarti
Editor: Karsiani Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Provider Trip Raja Rimba Adventure saat berpose di Tukad Tista Waterfall Dawan Klungkung

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Bali memang dikenal memiliki keindahan alam yang luar biasa.

Ada gunung, laut, sungai, danau, hutan, air terjun, dan lain sebagainya hampir di setiap wilayah Pulau Dewata.

Satu diantaranya adalah Tukad Tista di wilayah Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

Destinasi yang juga dikenal dengan sebutan Tukad Tista Waterfall ini, memang belum ramai dikunjungi pelancong. 

Pasalnya, jalan menuju kesana masih terbilang rimba, dan jalan setapak kecil di tengah alas dan kebun milik warga.

Perjalanan mencari lokasi pun, terbilang sangat menantang karena mendaki layaknya mendaki Gunung Batur. 

"Tetapi ini masih setengahnya Gunung Batur," jelas Nengah Wisnu Raharja, guide lokal kepada Tribun Bali, Senin 16 Agustus 2021. 

Provider Trip Raja Rimba Adventure ini, menjelaskan pendakian untuk mencari lokasi setidaknya memakan waktu 30 menit. 

Jika dihitung dan disamakan dengan naik ke Batur, kata dia, mendaki ke Tukad Tista sama dengan mendaki setengahnya Gunung Batur.

Sebab untuk mendaki Batur diperlukan waktu 1 jam jika berjalan biasa, yakni tidak ngebut atau tidak lambat. 

Semak belukar dan pohon-pohon rindang menjadi teman perjalanan.

Sesekali suara gemericik air mengalir diantara bebatuan.

Beberapa lahan merupakan kebun warga, sehingga ada pondok-pondok di atas bukit.

Pondok yang merupakan rumah bagi warga pemilik tegalan di sana.

Jalan di bawah masih terbilang landai, namun jalan di atas mulai muncak dan mendaki.

Karena jalur yang cukup terjal, disarankan menggunakan sepatu mendaki.

Apalagi beberapa jalan tanah memang cukup licin.

Sehingga jika menggunakan sandal, khususnya sandal karet ditakutkan akan terpeleset. 

Namun, jika sudah kadung tidak memakai sepatu mendaki, pelancong bisa melepas alas kaki saat melewati track tanah yang terjal dan licin.

Jangan lupa membawa air, dan sedikit camilan penambah tenaga yang rasanya manis untuk dinikmati setelah sampai di lokasi. 

Yang paling penting, jangan buang sampah sembarangan.

Sebab lokasi itu juga merupakan lokasi yang terbilang sakral dan tenget.

Sehingga warga memasang kain hitam di batu dekat air terjun.

Sebagai pertanda, lokasi tenget dan agar pelancong menjaga sopan santun. 

"Kalau bisa saat datang bulan jangan naik, kalau pun pas naik lalu datang bulan sebaiknya turun saja," ujarnya mengingatkan.

Ada dua aliran sungai di sana, dan di salah satunya memang tempat orang nunas tirta.

Sebab ada campuhan di tengah rimba.

Apabila pelancong membawa permen, bisa menghaturkan di beberapa palinggih yang akan ditemui dalam perjalanan. 

Sejatinya, kata dia, jalur treking menuju lokasi adalah jalur yang dibuat warga untuk mencari rumput pakan ternak.

Namun jalur itu, kini juga menjadi jalur pendakian menuju ke Tukad Tista Waterfall.

Walaupun lelah karena mendaki, namun semua terbayarkan lunas saat sampai di atas. 

BACA JUGA: Kisah Sri Rintis 'Kripik Biru' yang Populer di Bali, Khas Berbahan Kepala dan Leher Ayam

Pemandangan indah dan cantiknya panorama dari atas membuat mata tak ingin berkedip.

Seluruh wilayah Besan dan Dawan terlihat di bawah.

Ditutupi pepohonan dan dedaunan rimbun.

Belum lagi hamparan birunya laut di depan, benar-benar melegakan bagi yang melihat.

Sedikit berendam di air yang dingin mampu melepas dahaga dan penat. 

BACA JUGA: Ditengah Gelombang Tinggi di Pantai Kuta, Nuri Kumpulkan Koin Bolong untuk Dijual

Belum lagi jika air terjun sedang surut, kolam alami dari batu di sana akan terlihat seperti bentuk hati.

Namun apabila hujan, pelancong perlu berhati-hati.

Sebab debit air dari lokasi air terjun ini akan membesar dan membawa air deras. Belum lagi jalur treking akan licin.

Sehingga disarankan ke sana saat matahari sedang terik atau cuaca cerah.

Dan jangan terlalu sore agar pulangnya tidak kemalaman. (*)

Berita Terkini