TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya mengatakan bahwa sejumlah 90 persen pasien meninggal dari total pasien yang menderita Covid-19 merupakan pasien yang belum mendapatkan vaksin Covid-19.
Sedangkan sisanya, yakni 10 persen merupakan pasien yang sudah divaksin.
BACA JUGA: Lantaran Positif Covid-19 dan Harus Menjalani Isoter, Tiga Tahanan Polsek Kota Dititip ke RSJ Bali
Dan dalam virtual meetingnya pada awal pekan lalu, Suarjaya mengatakan penyebab 10 persen pasien yang sudah divaksin Covid-19 meninggal.
Penyebabnya, yakni pasien tersebut biasanya memiliki penyakit bawaan atau terlambat mendapat pertolongan.
BACA JUGA: Kisah Sri Rintis 'Kripik Biru' yang Populer di Bali, Khas Berbahan Kepala dan Leher Ayam
"Sehingga persentase kematian pasien Covid-19 tanpa vaksin di Bali sangat tinggi. Sementara untuk tingginya kasus positif Covid-19 di Bali disebabkan oleh tiga hal," ungkapnya pada, Kamis 19 Agustus 2021.
Tiga hal tersebut, yakni yang pertama adalah sudah masuknya varian Delta ke Bali, sehingga penyebaran Covid-19 lebih cepat dibandingkan dengan varian lainnya.
BACA JUGA: Laklak Merah Putih Warung Secret Aan, Menyirat Pesan Perjuangan di Situasi Krisis
Yang kedua adalah masih tingginya mobilitas masyarakat di Denpasar seperti aktivitas upacara adat yang berpotensi membentuk kerumuman.
“Maraknya pelaksanaan upacara keagamaan menjadi bagian dari meningkatnya kasus Covid-19. Selanjutnya adalah masih ramainya kegiatan di pasar-pasar. Saya juga sempat berpesan dengan semua PD Pasar yang ada di Bali agar selalu menerapkan prokes ekstra ketat serta menghimbau agar mengajak masyarakat melakukan vaksinasi,” paparnya.
Ia juga berharap agar masyarakat bisa terus menerapkan prokes dengan ketat.
Sehingga penyebaran di klaster keluarga bisa diminimalkan karena saat ini diakuinya penyebaran di kluster keluarga dan kluster acara adat atau agama masih menjadi penyebab kluster penularan Covid-19 tertinggi. (*)