"Hindu identik dengan seorang ibu yang penuh kasih sayang, agama ilmiah, rasional yang terbebas dari dogma.
Ajarannya jelas dan masuk akal, serta tumbuh dan berkembang sejalan dengan hukum alam, dipertahankan secara alamiah," ujarnya.
Sejatinya, agama Hindu paling toleran, nyaris tidak mempermasalahkan ritual adat dan kearifan lokal.
Hindu tidak hanya toleran terhadap kebudayaan asing, tapi juga terhadap ajaran, kepercayaan agama atau teologi lain.
Banyak sloka dalam pustaka suci Veda yang menjadi sumber ajaran Hindu yang toleran, dinyatakan dalam Bhagawad Gita (BG : IV, 11).
Agama Hindu sangat bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan (local genius), mengajarkan untuk menghargai budaya lokal serta pelaksanaan upacara keagamaan dalam agama Hindu sangat fleksibel.
Sementara itu, Gede Sutarya mengharapkan, pendidikan umat Hindu agar diperhatikan serius. Hubungan pendidikan India dengan Bali sudah terbangun sejak kuno.
Namun, hubungan itu sempat terputus karena India sudah kehilangan pusat-pusat pendidikannya sejak abad ke 12 karena adanya penjajahan.
Pada abad ke-18, India kembali beranjak membangun kembali peradabannya dengan membuat ashram-ashram modern.
Baca juga: Padewasan Perkawinan dalam Ajaran Hindu Bali, Berikut Penjelasan Ida Pedanda Gede Buruan
Hindu di Indonesia baru mulai melakukannya tahun 1970-an.
"Jadi, tak apa kalau kita meniru dulu kurikulum dan metode pembelajarannya. Jadi ATM lah, Ambil Tiru Modifikasi.
Setelah meniru nanti kita mengembangkannya sesuai dengan kondisi di Indonesia, dan keperluan umat Hindu di Indonesia," ungkapnya.
Pada prinsipnya, pasraman atau ashram itu harus dibina. Dirjen Bimas Hindu, katanya, sebaiknya membuat kurikulum wajib yang harus diikuti setiap ashram.
Pada kurikulum itu nanti kelokalan itu bisa masuk. Sehingga terbangun profil keluaran ashram yang kuat budayanya, agama dan kemampuan beradaptasi dalam pergaulan dunia.
Sedangkan, Pemerhati Hindu, Indrayana menambahkan, Hindu adalah sebuah agama yang bersifat internasional.