TRIBUN-BALI.COM – Pagi ini perusahaan teknologi multinasional Google terlilhat mengubah Google Doodle mereka.
Terlihat sejumlah lebah berwarna biru menghiasi halaman doodle milik Google Indonesia pada Kamis, 25 November 2021.
Pada Doodle tersebut terlihat seekor lebah besar berwarna kuning dengan garis melingkar biru serta menggunakan kacamata yang tanpa memperlihatkan buku ke beberapa lebah kecil lainnya.
Dilansir Tribun-Bali.com dari Kompas.com pada Kamis, 25 November 2021, kemungkinan lebah besar dengan kacamata tersebut merepresentasikan guru.
Sedangkan lebah dengan ukuran kecil diduga merupakan representasi dari para murid yang tengah dibimbing oleh guru.
Hal tersebut sesuai dengan tema Google Doodle hari yang ikut merayakan Hari Guru Nasional.
Baca juga: SELAMAT Hari Guru Nasional! Berikut Ini Ucapan, Tema dan Logo HGN 2021
Google Doodle Hari Guru Nasional tampak semakin menggemaskan karena dipulas dengan warna-warna yang ceria.
Seperti diketahui, setiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional.
Baca juga: SELAMAT Hari Guru Nasional! Berikut Ini Ucapan, Tema dan Logo HGN 2021
Sejarah Hari Guru
Dilansir Tribun-Bali.com dari Tribunnews.com pada Kamis, 25 November 2021 lewat situs pgri.or.id dalam artikel berjudul SEJARAH Hari Guru Nasional, Diperingati Setiap Tanggal 25 November, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ditetapkan pada 25 November sekaligus diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Baca juga: 35 Ucapan Bahasa Indonesia dan Inggris Hari Guru Nasional 2021, Bisa Dipakai Untuk Status di Medsos
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik sekolah.
Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda, mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Sejalan dengan keadaan itu, di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan.
Ada pula organisasi lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda.
Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia.
Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan.
Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.
Pada 1932, nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Guru Nasional 25 November 2021 Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.
Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta.
Melalui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan.
Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk.
Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di dalam kongres inilah, pada 25 November 1945, 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, PGRI didirikan.
Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan:
1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dasar-dasar kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Baca juga: Lowongan Kerja Denpasar, Yayasan Stella Mundi Indonesia Buka Loker untuk Posisi Guru Olahraga
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah PGRI.
Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, PGRI tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, dan independen.
Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
(*)