Berita Gianyar

Kisah Pura Petilasan Cempaka Majapahit di Gianyar, Banyak yang Sukses dan Sembuh dari Sakit

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pura Petilasan Cempaka Majapahit di Banjar/Desa Beresela, Payangan, Gianyar, Bali - Kisah Pura Petilasan Cempaka Majapahit di Gianyar, Banyak yang Sukses dan Sembuh dari Sakit

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pura Petilasan Cempaka Majapahit yang berdiri di kawasan hutan kecil di Banjar/Desa Beresela, Kecamatan Payangan, Gianyar, Bali kini selalu didatangi ratusan orang dalam hari-hari tertentu.

Ramainya pengunjung tersebut karena Ida Bhatara yang berstana di pura yang piodalannya jatuh pada Ngarkasih Medangsia itu sangat pemurah.

Banyak yang sukses dalam usaha, jabatan dan sembuh dari penyakit keras seusai bersembahyang di pura tersebut.

Namun berdasarkan keterangan pengempon Pura Petilasan Cempaka Majapahit, I Gusti Ngurah Agus Supriadi, yang kini menjabat sebagai anggota DPRD Gianyar dua periode tersebut, beberapa tahun lalu, tidak banyak yang tahu akan keberadaan pura ini.

Baca juga: Pura Petilasan Cempaka Majapahit di Gianyar Tempat Memohon Jabatan dan Rejeki

Sebab pelinggih yang ada di sana hanya berupa asagan atau susunan batu.

Kala itu, lokasi berdirinya pura sangat ditakuti masyarakat, terutama ketika malam hari. Sebab kerap terdengar adanya suara-suara menyeramkan.

"Tempat ini dari dulu disucikan warga, yakni tempat lapang dan hutan kecil. Ada pohon cempaka disucikan. Pohon cempaka ini tidak membesar sejak puluhan tahu lalu. Ada semacam asagan atau tempat orang sembahyang dari dulu," ujarnya, Selasa 4 Januari 2022.

Pura ini berangsur-angsur mendapatkan perhatian sejak pihaknya bersama perguruan tenaga dalam bambu kuning menggelar kegiatan di sana.

Saat itu, pihaknya membuat pendopo berupa kamar mandi dan dapur.

"Alasan kami ke sana karena tidak ada tempat latihan pernapasan. Jadi kami latihan di sana, dibuatlah kamar mandi dan dapur. Ada juga bak sampah. Wantilan di sana sebelumnya sudah ada dan itu murni dibuat oleh pengempon di sana," ujarnya.

Lambat laun, pengempon ingin melestarikan kawasan suci ini.

Lalu puing-puing bangunan pelinggih yang terbengkalai dari dulu ingin diperbaiki kembali.

Saat itu, puing bangunan dikumpulkan.

Lalu dicarikan undagi terbaik, agar bisa menyusun puing-puing tersebut kembali utuh seperti aslinya.

"Puranya saat ini ala Majapahit, namun karena beliau di Bali, maka ada unsur-unsur ornamen Bali juga. Menurut kepercayaan orang tua, dulu tempat ini lokasi Patih Gadjah Mada meminta pawisik untuk strategi perang," ujarnya.

Halaman
12

Berita Terkini